Kamis, 17 November 2011

Strategi-strategi Belajar dalam Sejarah

Agus Subandi,Drs.MBA

STRATEGI-STRATEGI BELAJAR DALAM SEJARAH






MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
SKI dalam Pembelajaran dari Dr. Ajid Thahir, M.Ag




Oleh :
AGUS SUBANDI NIM. 2.210.9.024
ASEP MAULANA NIM. 2.210.9.029
TATI SUMINAR NIM. 2.210.9.042









UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
PROGRAM PASCASARJANA KONSENTRASI PAI-K.A
2011
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis panjatkan hanya kepada Allah. Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Akhir Zaman Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya yang taat hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makah Sejarah Kebudayaan Islam dengan judul : STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM SEJARAH.
Penulis mnyadari bahwa, dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan. Tak lupa atas bimbingan dan bantuan dari semua fihak hingga terselesaikannya Makalah ini penulis ucapkan terima kasih. Semoga amal baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Swt. dan Makalah ini ada manfaatnya. Amin.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis serahkan segala urusan sesuai kemampuan dan pengalaman yang penulis punyai dan tetap memohon agar diberi petunjuk kejalan yang diridhai-Nya. Hanya kepada Allah kami berserah dan hanya kepada Allah kami meminta pertolongan.


Bandung, 13 Nopember 2011
Penulis,



ii






BAB I
PENDAHULUAN
Belajar sejarah gampang-gampang susah. Gampang bila antara teori dengan praktek terjadi sinkronisasi data dan fakta dan telah teruji kebenarannya serta mampu bertahan dalam tempo yang tidak ditentukan. Susah bila ternyata antara teori dan praktek bertentangan, sehingga membutuhkan penelitian yang mendalam sampai banyak ahli dan masyarakat menyatakan bahwa sejarah tersebut telah terbukti kebenarannya dan dapat dijamin akan keotentikannya sehingga tanpa ada pertentangan.
Mengajarkan sejarah kepada siswa tidak mudah, jika apa yang akan disampaikan masih terjadi simpang siur keberadaan status sejarah itu sendiri yang mungkin masih dipertentangkan. Atau dalam bentuk memori yang tidak mungkin terwujud, artinya keberadaannya sulit bisa diterapkan bahkan hanya sebagai kenangan. Dikhawatirkan menjadi pelajaran yang membosankan, sebab manfaatnya tidak ada. Bila dipaksakan, maka citra dari sejarah itu sendiri akan menjadi bumerang dengan berbalik arah yang menyebabkan orang atau masyarakat menjadi anti sejarah.
Dilihat dari asal kata, sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Syajaratun’. Artinya, pohon, kayu, keturunan, asal-usul, atau silsilah. (I Wayan Bardika, 2006, hlm. 2) Dalam bahasa Belanda disebut ‘Geschiedenis’, sesuatu yang telah terjadi. History, aktivitas manusia yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu yang disusun dalam hubungan yang kronologis. Kata history berasal dari bahasa Yunani ‘historia’, artinya pengetahuan yang diperoleh melalui penyelidikan (ilmu / inkuiri). (Internet, 2011, hlm. 2)
Sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologis peristiwa. (Dedi Supriyadi, 2009. hlm. 13) Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis kritis sehingga mudah dipahami dan dimengerti. (Internet, Sejarah, 13 Nopember 2011, hlm.10)
History is past human behaviour, recorded and unrcorded, in its many varities. (CPTL, 1974, hlm. 1) History .... is a mountain top of human knowledge from whence the doings of our generation may be scanned and fitted into proper dimensions. (Gustavson, 1955, hlm. 2)
1
2
History can mean any events or episode that happened in the past, no matter to whom they happened and no matter whether the episodes where in any way related. More often, the term is restricted to things that happened to people. (Nugent, 1967, hlm. 11)
Sejarah yaitu mentransfer pengetahuan tentang peristiwa masa lalu kepada generasi berikutnya, mengenai nilai-nilai yang ada pada peristiwa sejarah tersebut untuk dijadikan ibrah agar memperoleh hidayah. (Ajid Thahir, Kuliah Perdana, 2011)
Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan ceritera brtarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau atau tanda-tanda yang lain. (Muhammad Yamin).
Didalam mempelajari sejarah, kemampuan siswa untuk melakukan hubungan yang benar akan dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 118) Sehingga perlu adanya rencana strategi pembelajaran. Yakni pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. (Trianto, 2010, hlm. 135)


BAB II
STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH
A. Pengertian dan Tujuan
Secara umum strategi mempunyai arti suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukn. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi berarti sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Trianto, 2010, hlm. 139)
Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana. (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 210) Michael J. Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Muhibbin Syah, strategi adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 211)
Strategi bukanlah sembarangan langkah atau tindakan, melainkan langkah dan tindakan yang telah dipikirkan dan dipertimbangkan baik buruknya, dampak positif dan negatifnya dengan matang, cermat, dan mendalam. Dengan langkah yang strategis akan menimbulkan dampak yang luas dan berkelanjutan. Karena itu, strategi dapat pula disebut sebagai langkah cerdas. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 208)
Pembelajaran (intruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan seseorang (guru) agar orang lain (murid) melakukan belajar. Jadi, pembelajaran tidak identik dengn belajar sebagaimana yang difahami sebagian orang selama ini. Sebaliknya, pembelajaran amat mirip – kalau tidak persis – dengan proses mengajar atau proses mengajar – belajar (th teching – learning process) dalam arti, di satu sisi guru mengajarkan / menyajikan materi, sedang murid belar / menyerap materi tersebut dalam situasi interaktif-edukatif. (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 215)
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang terencana dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh ke depan dalam menggerakkan seseorang agar dengan kemampuan dan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan

3
4
yang berhubungan dengan belajar... dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggerakkan anak didik agar mau belajar adalah merupakan strategi pembelajaran. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 209)
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah meliputi urutan fakta masa tersebut, dengan diberi tafsiran serta penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. (Internet, Sejarah, 13 Nopember 2011, hlm. 10)
Tujuan pendidikan Sejarah di SD dan SLTP berbeda dari tujuan pendidikan Sejarah di SMA. Di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Sedang di SMA adalah untuk mempersiapkan peserta didik pada studi di Perguruan Tinggi. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa untuk SD dan SLTP tidak diarahkan menguasai disiplin ilmu Sejarah. Sedang di SLA menguasai disiplin ilmu dalam Sejarah. (Hamid Hasan, Internet, 13 Nopember 2011)
Adapun rumusan tujuan pendidikan sejarah di SD dan SLTP adalah :
1. Mengembangkan wawasan kebangsaan dan berbagai peristiwa sejarah.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir logis.
3. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
4. Menghargai kepahlawanan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengembangkan kreatifitas.
Adapun tujuan pendidikan sejarah di SMA adalah :
1. Mengembangkan kemampuan berfikir sejarah.
2. Mengembangkan kemampuan mengkaji sumber-sumber sejarah.
3. Mengembangkan kemampuan menulis ceritera sejarah.
4. Menerapkan cara berfikir sejarah dalam menganalisis peristiwa di sekitarnya. (Hamid Hasan, 2011, hlm. 5)
B. Komponen Strategi Pembelajaran
1. Penetapan perubahan yang diharapkan
Kegiatan belajar ditandai oleh adanya usaha secara terencana dan sistematika yang ditujukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik, baik pada aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Dalam menyusun
5
strategi pembelajaran, berbagai perubahan tersebut harus ditetapkan secara spesifik, terencana dan terarah. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 210)
Allah Swt. berfirman :

Artinya : “ bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[1]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[2] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS ar Ra’d (13) : 11)
[1] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[2] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
2. Penetapan pendekatan
Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang akan digunakan dalam memahami sesuatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut terkadang menggunakan tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, langkah-langkah yang akan digunakan, atau sasaran yang dituju. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 210)
Langkah yang harus ditempuh dalam menetapkan strategi pembelajaran adalah berkaitan dengan cara pendekatan pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. (Abudin Nata, 2009, hlm. 212)
3. Penetapan Metode
Metode pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus mempertimbangkan tujuan
6
yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan, kondisi anak didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 213)
Metode mempunyai sifat ganda, yaitu yang bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis bilamana metode menggunakan kegunaan yang serbaganda (multipurpose). Monopragmatis bilamana metode mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis, dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya, mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya. (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2010, hlm. 167)
Terlepas dari metode mana yang akan digunakan, terdapat suatu hal prinsip yang harus dipertimbangkan, bahwa metode tersebut hendaknya tidak hanya terfokus pada aktifitas guru, melainkan juga pada aktivitas peserta didik. Yakni yang mendorong tumbuhnya motivasi, kreativitas, inisiatif para peserta didik untuk berinovasi, berimajinasi, berinspirasi, dan berapresiasi. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 213-214)
Metodologi Sejarah meliputi tiga bagian yaitu :
a. Metode Heuristik, yaitu mencari dan menemukan sumber sejarah; meliputi sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis didapat dari musium, arsip, perpustakaan, internet, koran. Adapun sumber lisan manusia itu sendiri yang menjadi pelaku, saksi sejarah.
b. Metode Analisis, yaitu melalui kritik eksternal dan kritik internal. Kritik dilakukan terhadap sumber yang diperoleh untuk mendapatkan fakta dan harus objektif. Kritik ekternal, yaitu kritik yang dikenakan pada fisik sumber : asli / tidak asli, turunan. Kritik internal yaitu kritik yang dikenakan pada isi (content) sumber.
Dalam tahapan Heuristik dan kritik inilah sejarah dipandang sebagai ilmu, sebab bersifat objektif.
c. Histiografi, dalam tahap ke tiga ini langkah yang dikerjakan secara serentak yakni :
- Interpretasi; fakta-fakta yang diperoleh diberi isi.
- Eksplanasi; mendiskripsikan (memberi penjelasan).

7
- Ekspose (penyajian); dalam bentuk tulisan. (Internet, Pengantar Ilmu Sejarah, 13 Nopember 2011)
4. Penetapan norma keberhasilan
Menetapkan norma keberhasilan dalam suatu kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting. Guru akan mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauhmana kberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru dapat diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Dengan
demikian, sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak dapat dipisahkan dengan strategi dasar lainnya. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 214)
C. Strategi Mengajar SPELT (Strategy Program for Effective Learning / Teaching)
Tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi :
1. Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pmecah masalah;
2. Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efesien dalam mendekati belajar;
3. Penuntut ilmu yang lebih sadar akan kemampuan pengendalian proses berfikirnya sendiri (metacognitive awarenes). (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 211)
Dalam melaksanakan strategi SPELT, guru perlu mengikuti tiga macam langkah :
1. Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung);
2. Teaching for transfer (mengajar untuk menstranfer strategi);
3. Generation elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan terperinci). (Muhibbin Syah, 2010, hlm. 212)
D. Jenis-jenis Strategi Belajar
1. Mengulang :
a. Menggaris bawahi
b. Membuat catatan pinggir
2. Elaborasi (penambahan rincian) :
a. Membuat catatan
b. Analogi (pembandingan)
c. PQ4R (Preview, Question, Read, Recite, Review, Reflect)
8
3. Organisasi :
a. Outlining (Membuat kerangka garis besar)
b. Pemetaan konsep (cncept mapping)
c. Mnemonics (menata informasi)
d. Pemotongan (Chunking)
e. Akronim (singkatan)
4. Metakognisi (kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar). (Trianto, 2010, hlm. 145)
E. Aplikasi Model Pembelajaran
Model Jig Saw (Model Tim Ahli)
(Arnson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 (empat) anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi tugas untuk menghafal materi yang berbeda
3. Tiap tim pada kelompoknya mendiskusikan materi yang telah dihafal
4. Anggota yang telah hafal menyiapkan mteri untuk ditampilkan di depan kelas
5. Angota tim lain bertanya dan dijawab oleh tim anggota yang bersangkutan
6. Masing-masing tim bergilir untuk menceriterakan hasil hafalannya
7. Masing-masing tim membuat catatan hasil pertanyaan dan jawaban dari tim lain yang bertanya.
8. Masing-masing tim membuat kesimpulan akhir hasil presentasi hafalan anggota yang ditampilkan.
9. Guru memberi evaluasi dari seluruh hasil tim yang telah ditampilkan.
10. Guru memberi pujian dan semangat untuk membangkitkan minat belajar
11. Guru menarik manfaat dari semua tim yang telah tampil
12. Guru memberi tugas para tim untuk menyampaikan hasil laporan presentasi.
13. Penutup



BAB III
KESIMPULAN
Setelah penulis menjelaskan tentang Strategi-strategi Pembelajaran dalam Sejarah maka sampailah pada suatu kesimpulan sebagai berikut :
Strategi bukanlah sembarangan langkah atau tindakan, melainkan langkah dan tindakan yang telah dipikirkan dan dipertimbangkan baik buruknya, dampak positif dan negatifnya dengan matang, cermat, dan mendalam. Dengan langkah yang strategis akan menimbulkan dampak yang luas dan berkelanjutan. Karena itu, strategi dapat pula disebut sebagai langkah cerdas.
Pembelajaran (intruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan seseorang (guru) agar orang lain (murid) melakukan belajar. Jadi, pembelajaran tidak identik dengn belajar sebagaimana yang difahami sebagian orang selama ini. Sebaliknya, pembelajaran amat mirip – kalau tidak persis – dengan proses mengajar atau proses mengajar – belajar (th teching – learning process) dalam arti, di satu sisi guru mengajarkan / menyajikan materi, sedang murid belajar / menyerap materi tersebut dalam situasi interaktif-edukatif.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang terencana dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh ke depan dalam menggerakkan seseorang agar dengan kemampuan dan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar... dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggerakkan anak didik agar mau belajar adalah merupakan strategi pembelajaran.
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah meliputi urutan fakta masa tersebut, dengan diberi tafsiran serta penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu.
Tujuan pendidikan Sejarah di SD dan SLTP berbeda dari tujuan pendidikan Sejarah di SMA. Di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Sedang di SMA adalah untuk mempersiapkan peserta didik pada studi di Perguruan Tinggi. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa untuk SD dan SLTP tidak diarahkan menguasai disiplin ilmu Sejarah. Sedang di SLA menguasai disiplin ilmu dalam Sejarah.


DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata
2009 Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group), Cet. ke 1
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir
2010 Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media), Cet. ke 3
Ahmad Tafsir
2010 Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung : Remaja Rosdakarya)
Cet. ke 9
A S Hornby
2000 Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (New York :
Oxford Unversity), Sixth edition
Departemen Agama RI
2000 Al-Qurán dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penerjemah
Dan Pengadaan Al-Qurán)
Departemen Pendidikan Nasional
2006 Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model Silabus.
(Jakarta : BSNP)
Dedi Supriyadi
2008 Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia), Cet. 1
Internet
2011 Model-model Pembelajaran, 13 Nopember 2011
--------------------
2011 Pengantar Ilmu Sejarah, 13 Nopember 2011
I Wayan Badrika
2006 Sejarah untuk SMA Kelas X, (Jakarta : Penerbit Erlangga)
Jaih Mubarok
2005 Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka bani Quraisy)
Muhibbin Syah
2010 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya), Cet. ke 16
--------------------
2003 Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
M. Arifin
2009 Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara), Cet. ke 4.
Trianto
2010 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group), Cet. ke 3
Saefullah
2010 Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar), Cet. 1
Soekarama Karya
1996 Enslikopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Penerbit
Logos)
Winfred F. Hill
2010 Theories of learning (Teori-teori Pembelajaran), Bandung : Penerbit
Nusa Media), Cet. ke 4.
Ket :

Wilayah Karawang pada saat dibuat E-Mail ini Jumát, 18 Nopember 2011 berada di SURABAYA. Masya Allah. agussubandicom@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar