Senin, 14 November 2011

KPL

Agus Subandi,Drs.MBA

Kursus Pelatih Lanjutan di Lemdikada Jatinangor Bandung

Pada tahun 1999 kami utusan dari Kwarcab Karawang mengikuti KPL di Lemdikada Jatinangor Sumedang Bandung. Sebenarnya pada hari tersebut masih berlangsung hari tenang menjelang Pemilu 1999. Sampai di Jatinangor sebelum masuk Lemdikada di jalan turun dari Bus mendapat bisikan, ini masih masa minggu tenang malah mengadakan kegiatan. Saya tidak merespon dan terus mlanjutkan perjalanan walaupun kami tahu bahwa Geraan Pramuka itu tidak terikat oleh salah satu Partai Politik. Artinya jikapun ada kegiatan, maka sah-sah saja sepanjang bukan bertujuan untuk politik praktis. Pembukaan berjalan dengan lancar, begitupun kegiatan dapat dijalani hingga akhir kegiatan. Namun H min 1, ada persoalan saat persiapan acara penutupan. Salah satu diantaranya yaitu kegiatan tari ular. Sebenarnya saya telah diperhatikan oleh pawang ular (utusan Gerakan Pramuka) dari Kwarcab Sumedang sejak beberapa hari berjalannya kegiatan. Terutama saat akan ke Mushalla. Namun saya kurang mempedulikan. Konon mereka beranggapan bahwa di wilayah Lemdikada ini ada yang menjaga. Menurut mereka mestinya, saya harus taat dan mengikuti tata cara mereka. Mungkin yang bersama dengan saya, menurut anggapan mereka ada segerombolan pasukan yang datang dan dianggapnya mengganggu mereka karena tidak tunduk pada penguasa alam setempat. Saya hanya melihat, setiap mereka menatap wajah saya ada sesuatu yang tersirat dan akhirnya saya faham jika mereka itu adalah pawang ular.
Pada suatu saat saya sedang tidur-tiduran di kamar sendiri, terasa sulit sekali tidur malah lambat laun fikiran saya melayang kemana-mana hingga menjadi gelisah dan ingin segera selesai acara bahkan sempat meminta saran untuk pulang ke Panitia dengan alasan tidak enak rasanya, kalau-kalau ada sesuatu yang sedang terjadi pada keluarga yang berada di rumah. Ketika konsultasi pada Kak Lena, disarankan untuk tenang dan sabar hingga berakhir kegiatan. Begitu pula ketika meminta saran kepada kak Suharto agar bertahan dan diberi waktu untuk keluar dari Lemdikada menghubungi keluarga melalui telphone. Setelah saya ke bawah mencari telphone dan menghubungi keluarga ternyata benar bahwa di rumah isteri sedang sakit gigi dan anak sehat wal afiat. Kemudian saya kembali ke Lemdikada dan ceritera yang diatas terjadi. Dimana saat sulit tidur ternyata pawang ular sedang melepas khadam ularnya sejodoh di belakang bangunan. Masya Allah. Betapa kaget ketika penari ular datang dan menghampiri saya sambil memberi obat dengan mengucapkan, ini obat malah sebagai penawar khadam ular yang dilepas masuk ke dalam tubuh saya. Kemudian saya disarankan untuk bertemu dengan pawang ular dan ketika datang ia berkata, ini hanya sekedar permainan dan nikmatilah permainan ini.
Saat acara dimulai, saya tidak melihat dan tetap di kamar walaupun sebenarnya masih gelisah dan sesekali keluar kamar bukan untuk menonton atraksi, namun hanya untuk menenangkan diri dan menjaga fisik agar dapat bertahan hingga acara usai.
Esok harinya, ular-ular yang semalam dipergunakan untuk atraksi dikuliti dan ternyata di masak dijadikan gulai serta dihidangkan kepada seluruh peserta KPL.
Waktu saya masuk ke ruang makan, betapa kaget masakan yang terlihat bagus tersebut ternyata bukan daging kambing atau sapi, namun gading ular. Saya tidak mngambil sayur daging ular tersebut karena akan muntah dan sudah tidak enak rasanya saat ular-ularnya disembelih dan dikuliti. Lalu mmkan makanan lain yang tidak memualkan. Ketika sedang duduk makan, masuk Kak Sofi Bendahara Kwarda Jawa Barat mengambil makanan dan seluruh tubuh seperti terlapisi oleh warna putih dengan seakan berjalan di atas tanah, lalu persis berdampingan dengan kursi yang sedang saya duduki. Anehnya saya menjadi terpaku tidak bisa bicara sepatah katapun, karena ingin cepat sampai di rumah.
Insya Allah ada lagi cerita berikutnya ...
agussubandicom@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar