Senin, 08 Agustus 2011

I'rab

Agus Subandi


I' rab


Arti I'rab

"I'rab ialah perubahan akhir kalimah karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara perkiraan."
Maksudnya: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.
Contoh perubahan secara lafazh:
= zaid telah datang;
= aku telah melihat Zaid;
= aku telah bersua dengan Zaid;
= Dia memukul;
= dia tidak akan dapat memukul;
= dia tidak memukul.
Contoh perubahan secara diperkirakan keberadaannya:
= Dia merasa takut;
= dia tidak akan merasa takut;
= dia tidak merasa takut;
= telah datang seorang pemuda;
= aku telah melihat seorang pemuda.
Lafazh namanya amil, yang mengubah atau yang mempengaruhi akhir kalimah.
Kata nazhim:

I'rab menurut mereka (ahli Nahwu) ialah perubahan akhir kalimah, baik secara perkiraan maupun secara lafazh karena ada amil masuk yang dapat diketahui keberadaannya.
Pembagian I'rab

I'rab terbagi menjadi empat macam, yaitu I'rab rafa', I'rab nashab, I'rab khafadh dan I'rab jazm.
Diantara contoh dari i'rab-i'rab tersebut ialah sebagai berikut:
1. I'rab rafa', seperti:
= Zaid berdiri
2. I'rab nashab, seperti:
= aku telah melihat Zaid
3. I'rab khafadh, seperti:
= aku telah bersua dengan Zaid
4. I'rab jazm, seperti:
= dia tidak memukul
Kata nazhim:

I'rab terbagi menjadi empat macam, maka hendaklah diungkapkan yaitu, rafa' dan nashab, dan demikian pula jazm dan jar.

I'rab Isim

Diantara i'rab empat macam yang boleh memasuki isim hanyalah i'rab rafa', i'rab nashab dan i'rab khafadh. Sedangkah i'rab jazm tidak boleh memasuki isim.
Maksudnya, i'rab-i'rab yang sering memasuki isim adalah sebagai berikut:
1. I'rab rafa' contoh:
= Salim seorang guru
2. I'rab nashab, contoh:
= aku telah melihat Salim
3. I'rab khafadh, contoh:
= aku telah bersua dengan Salim
Isim itu selamanya tidak menerima i'rab jazm, yakni tidak bisa dimasuki oleh amil yang men-jazm-kan.

I'rab Fi'il

Diantara i'rab empat macam yang boleh memasuki fi'il hanyalah i'rab rafa', i'rab nashab dan i'rab jazm. Sedangkan i'rab khafadh tidak boleh memasuki fi'il.
Maksudnya, diantara empat macam i'rab yang sering memasuki fi'il ialah I'rab:
1. Rafa', contoh:
= dia menolong;
= dia membaca;
= dia mengetahui.
2. Nashab, contoh:
= hendaknya dia menolong;
= hendaknya dia membaca;
= hendaknya dia mengetahui.
3. Jazm, contoh:
= dia tidak menolong;
= dia tidak membaca;
= dia tidak mengetahui.
Amil yang men-jar-kan selamanya tidak bisa diterima fi'il.
Kata nazhim:

Semua i'rab selain jazm boleh memasuki isim, dan semua i'rab boleh memasuki fi'il kecuali i'rab khafadh tidak boleh.

I'rab surat al Isra

Agus Subandi

I'rab Surat al-Israa' 1-3
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

سُبْحَانَ

maf’ul muthlaq dengan fi’ilnya dihilangkan. Takdirnya : usabbihu subhaana.

الَّذِي

isim maushul mabni atas sukun, fii mahalli jarrin bi al-idhafah.

أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا

jumlah ini adalah shilatu al-maushul laa mahalla lahaa min al-i’raab.

أَسْرَى

fi’il madhi mabni atas fathah yang diperkirakan di atas alif (bengkok) karena ‘udzur. Fa’ilnya adalah dhamir mustatir jawaazan, takdirnya adalah huwa.

بِعَبْدِهِ

jarr wa majrur muta’alliq dengan asraa. Maf’ulnya dihilangkan. Haa’ adalah dhamir muttashil fii mahalli jarrin bi al-idhafah.

لَيْلًا

maf’ul fiihi atau dzaraf zaman muta’alliq dengan asraa, manshub karena dzaraf, alamat nashabnya fathah.

مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

jarr wa majrur muta’alliq dengan asraa,.

الْحَرَامِ

sifat dari al-masjidi, majrur dengan alamat kasrah.

إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

sama dengan i’rab sebelumnya. Alamat jarr dari al-aqshaa kasrah diperkirakan di atas alif (bengkok).

الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ

الَّذِي

isim maushul mabni atas sukun fii mahalli jarri shifat kedua dari al-masjid.

بَارَكْنَا

fi’il madhi mabni atas sukun karena bersambung dengan dhamir “naa”. Dhamir “naa” adalah fa’il mabni fii mahalli raf’i faa’il.

حَوْلَهُ

dzaraf makan muta’alliq dengan “baaraknaa” manshub degan fathah karena dzaraf. Huruf haa’ dhamir muttashil mabni fii mahalli jarrin bi al-idhaafah.

لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا

Huruf laam, adalah laam kay, untuk ta’liil bermakna" " لكي

نُرِيَهُ

fi’il mudhari’ manshub karena huruf laam, alamat nashabnya adalah fathah. Faa’ilnya adalah dhamir mustatir wujuban takdirnya “nahnu”. Huruf “haa’” adalah dhamir muttashil fii mahalli nashbi maf’ul bihi.

مِنْ آَيَاتِنَا

jarr majrur muta’alliq dengan “nuriya”, maf’ul kedua-nya dihilangkan (mahdzuuf). Dhamir “naa” mabni fii mahalli jarrin bi al-idhaafah.

إِنَّهُ هُوَ

“inna” huruf nashab dan taukid. Huruf “haa’” adalah dhamir muttashil fii mahalli nashbi isimnya inna. “Huwa” adalah dhamir munfashil mabni fii mahalli raf’i mubtada’. Sedangkan jumlah :

هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

adalah khabarnya “inna”.
Atau, “huwa” adalah taukid sedangkan

السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

adalah khabarnya “inna”, as-samii’ khabar pertama dan “ al-bashiir” khabar kedua.




وَآَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا (2

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,

وَآَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ

Huruf “wawu” adalah huruf ‘athaf atas “asraa” dengan iltifaat dari ghaib ke takallum.

آَتَيْنَا

fi’il madhi mabni atas sukun karena bertemu dhamir “naa”. “Naa” dhamir muttashil mabni fii mahalli raf’i faa’il.

مُوسَى

maf’ul bihi manshub dengan alamat fathah yang diperkirakan di atas alif (bengkok) karena ‘udzur.

الْكِتَابَ

maf’ul bihi kedua manshub dengan alamat fathah dzahirah di atas huruf “baa’”.

وَجَعَلْنَاهُ هُدًى

di‘athafkan atas kalimat “wa aatainaa ...” dan di’rab seperti i’rabnya. Huruf “haa’” adalah dhamir muttashil mabni fii mahalli nashbi maf’ul bihi.

هُدًى

maf’ul bihi kedua manshub dengan alamat fathah yang diperkirakan di atas alif yang dihilangkan sebelum tanwin. Isim ditanwin karena termasuk isim maqshur nakirah.

لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

jarr wa majrur muta’alliq dengan “hudan”. Alamat jarr nya adalah huruf “yaa’” karena mulhaq dengan jamak mudzakar salim yakni huruf nun dibuang karena idhafah.

إِسْرَائِيلَ

mudhaf ilaihi majrur dengan alamat jarrnya adalah fathah sebagai ganti kasrah karena isim ghairu munsharif dengan sebab nama ‘ajam dan isim alam.

أَلَّا تَتَّخِذُوا

أَلَّا

terdiri dari “an” tafsiriyah yang bermakna “yaitu” dengan “laa” naahiyah jaazimah.

تَتَّخِذُوا

fi’il mudhari majzum oleh “laa naahiyah” dengan alamat membuang “nun” karena af’aal al-khamsah. Huruf “wawu” adalah dhamir muttashil mabni fii mahalli raf’i faa’il.
Jumlah:

لا تتخذوا

adalah tafsiriyah laa mahalla lahaa min al-i’raab.

مِنْ دُونِي وَكِيلًا

jar wa majrur muta’alliq dengan “tattakhidzuu”. Huruf “yaa’” adalah dhamir muttashil mabni fii mahalli jarrin bi al-idhaafah.

وَكِيلًا

maf’ul bihi dari “tattakhidzuu” manshub dengan alamat fathah.

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا (3

(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.

ذُرِّيَّةَ

munaadaa, dengan adaatu nidaa’ dihilangkan, takdirnya “yaa dzurriyata”, manshub dengan alamat fathah karena mudhaf. Boleh juga sebagai maf’ul bihi yang kedua dari “tattakhidzuu” atau badal dari “wakiilan”.

مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ

“man” isim maushul mabni atas sukun fii mahalli jarrin bi al-idhaafah.

حَمَلْنَا

fi’il madhi mabni atas sukun karena bertemu dhamir “naa”. Dhamir “naa” mabni fii mahalli raf’i faa’il. “Ma’a” manshub karena dzaraf.

نُوحٍ

majrur karena mudhaf ilaihi dengan alamat kasrah walaupun ‘ajam dan isim alam akan tetapi terdiri dari tiga huruf saja dengan sukun di tengah sehingga masuk isim munsharif.

إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

“inna” huruf nashab dan taukid. Huruf “haa’” adalah dhamir muttashil mabni fii mahalli nashbi isimnya “inna” kembali ke “Nuuh”.

كَانَ

fi’il madhi naqish mabni atas fathah dengan isimnya dhamir mustatir jawaazan dengan takdir “huwa”.

عَبْدًا

khabarnya “kaana” manshub dengan alamat fathah.

شَكُورًا

sifat dari ‘abdan manshub mengikuti maushuufnya.
Jumlah:

كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

fii mahalli raf’i khabarnya “inna”.

I'rab surat al baqarah

Agus Subandi

al baqarah 186

I'rab al-Baqarah 2:186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah 2:186).

I’rab:

وَإِذَا

(Dan apabila)
Wawu isti’naf (permulaan kalimat). Kalimat ini adalah kalimat isti’nafiyah (permulaan) yang menunjukkan bahwa ALLAH menjawab semua doa. “Idzaa” adalah dzaraf zaman istiqbal (akan datang), mabni atas sukun yang mengandung makna syarat.

سَأَلَكَ

(Bertanya)
Fi’il madhi mabni atas fathah. Kaaf adalah dhamir (kata ganti) muttashil mabni atas fathah “fii mahalli nashbi maf’ul bihi”. Kalimat “sa’alaka ...” adalah “fii mahalli jarrin” karena idhafah setelah kata idzaa.

عِبَادِي

(Hamba-Ku)
Fa’il (Subjek) marfu’ dengan dhammah yang diperkirakan di atas huruf sebelum huruf yaa’ mutakallim (orang pertama). Yaa’ adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli jarri mudhaf ilaihi”.

عَنِّي

(Tentang Aku)
Jarr wa majrur muta’alliq (terkait) dengan kalimat “sa’alaka”.
فَإِنِّي قَرِيبٌ

(Maka sesungguhnya Aku adalah dekat)
Faa’ menyambung jawab dari syaratnya. Inna adalah huruf menyeruapi fi’il yang memberikan faidah taukid (penegasan) sedangnkan Yaa’ adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli nashbi” isimnya inna. Qariib adalah khabar dari inna marfu’ dengan dhammah. Kalimat ini adalah jawab dari syarat (Dan apabila ...).



أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ

(Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa)
Ujiibu adalah fi’il mudhari’ marfu’ dengan dhammah. Fa’ilnya adalah dhamir mustatir wujuban dengan perkiraan (taqdir): Ana (Aku). Da’wata adalah maf’ul bihi (objek) manshub dengan fathah. Kalimat “Ujiibu ...” adalah “fii mahalli nashbi haalin” atau “fii mahalli raf’in” sebagai khabar kedua dari inna. ad-Daa’i adalah mudhaf ilaihi majrur dengan sebab idhafah dan alamat jarrnya adalah kasrah yang diperkirakan di atas Yaa’ karena berat. Huruf Yaa’ dihilangkan tulisannya untuk meringankan (takhfiif) bacaan asalnya adalah ad-daa’iy.

إِذَا دَعَانِ

(apabila ia memohon kepada-Ku)
Idzaa sudah dibahas. Da’aani adalah fi’il madhi mabni atas fathah yang diperkirakan di atas alif karena ‘udzur. Fa’ilnya adalah dhamir mustatir jawaazan dengan perkiraan huwa. Nun disebut nun wiqayah dan Yaa’ dihilangkan tulisannya untuk meringankan bacaan asalnya adalah Da’aaniy. Yaa’ yang dihilangkan adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli nashbi maf’ul bihi”, Kalimat “Da’aani” adalah “fii mahalli jarrin” dengan sebab idhafah setelah idzaa yang mengandung makna syarat. Jawab syaratnya dihilangkan karena sudah diketahui dari makna kalimat sebelumnya “Ujiibu ...”.

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

(maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku)
Faa’ isti’nafiyah. Laam adalah laam amr (perintah). Yastajiibuu adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab laam (amr), alamat jazmnya adalah membuang huruf nun (asalnya yastajiibuuna) karena termasuk af’aalul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i faa’il”. Alif disebut fariqah (pembeda) yang menunjukkan bahwa wawu adalah dhamir bukan bagian dari fi’il aslinya. Lii (Lam dan Yaa’ dhamir muttashil “fii mahalli jarr”) adalah jarr wa majrur terkait dengan yastajiibuu.

وَلْيُؤْمِنُوا بِي

(dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku)
Wawu ‘athaf. Liyu’minuu bii di’athafkan atas Liyastajiibuu lii dengan i’rab yang sama, yakni laam adalah laam amr (perintah). Yu’minuu adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab laam (amr), alamat jazmnya adalah membuang huruf nun (asalnya yu’minuuna) karena termasuk af’aalul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i faa’il”. Alif disebut fariqah (pembeda) yang menunjukkan bahwa wawu adalah dhamir bukan bagian dari fi’il aslinya. Bii (Baa’ dan Yaa’ dhamir muttashil “fii mahalli jarr”) adalah jarr wa majrur terkait dengan yu’minuu.

لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

(agar mereka selalu berada dalam kebenaran)
La’alla adalah saudaranya inna, memberikan makna supaya atau agar. Hum dhamir gha’ibin (orang ketiga jamak) “fii mahalli nashbi” isimnya la’alla. Yarsyuduun adalah fi’il mudhari’ marfu’ dengan tetapnya nun karena termasuk af’alul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i fa’il”. Kalimat yarsyuduun “fii mahalli raf’in” khabarnya la’alla. Makna yarsyuduun adaladh yahtaduun (mendapatkan petunjuk atau di atas kebenaran). Kalimat ini adalah kalimat haal yang menerangkan kalimat sebelumnya.

I'rab Hadits Arba'in an Nawawi

Agus Subandi

I'rab Hadits Arba'in AnNawawi - Hadits Pertama (1)
>> WEDNESDAY, NOVEMBER 11, 2009

Bab: Ikhlas

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة

Amirul mukminin, Umar bin khathab"Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya". Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.

Nomor: 1 Sumber: http://assunnah.mine.nu / ** hadits dicopy dari salafydb4


عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ

َ عَنْ
(dari)
huruf jar

أَمِيْرِ
(pemimpin)
majrur, tanda jarnya adalah kasrah, karena bentuk isim mufrad

الْمُؤْمِنِيْنَ
(mukminin=orang-orang beriman)
mudhaf ilaih dari أَمِيْر , majrur tanda jarnya ya’ karena bentuk isim jamak mudzakar salim.


أَبِيْ
(bapak)
badal dari أَمِيْر sehingga majrur juga, tanda jarnya ya’karena ini bentuk asmaul khamsah

حَفْصٍ
() Abu Hafshin merupakan nama lain milik sahabat Umar
mudhaf ilaihi dari أَبِيْ, majrur, tanda jarnya adalah kasrah عُمَرَ badal dari أَمِيْر atau أَبِيْ sehingga kedudukannya majrur juga, tanda jarnya fathah karena bentuk isim ghairu munsharif

عُمَرَ
(Umar) nama sahabat Rasulullah
badal dari أَمِيْر sehingga majrur juga, tanda jarnya fathah karena ini Umar adalah isim ghairu munsharif

بْنِ
(anak laki-laki)
badal dari أَمِيْر atau أَبِيْ sehingga kedudukannya majrur juga, tanda jarnya kasrah karena isim mufrad

الْخَطَّابِ
() Ibnu Khaththab merupakan nama kunyah dari Umar
mudhaf ilaihi dari بْنِ ْ, majrur, tanda jarnya adalah kasrah, bentuk dari isim mufrad

رَضِيَ
(meridhai), diartikan sebagai doa, sehingga menjadi semoga meridhai
fi’il madhi, mabni ‘ala fathi

اللهُ
(Allah)
fa’il (pelaku) dari رَضِيَ marfu’, tanda rafa’nya dhammah, lafdhul jalaalah untuk ilah

عَنْهُ
(tentangnya/ terhadapnya)
jar wa majrur, hu adalah dhamir muttashil, fimahalli/ dalam kedudukan majrur, mabni.

قَالَ
(berkata)
fi’il madhi, mabni ala fathi, fa’ilnya isim dhamir mustatir, kembalinya kepada huwa/dia yaitu عُمَر

***bersambung....

I'rab Hadits Arba'in AnNawawi - Hadits Pertama (2)
>> WEDNESDAY, NOVEMBER 11, 2009

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ


سَمِعْتُ
(aku mendengar)
fi’il madhi, mabni ala sukun karena tersambung dengan dhamir ta’ adalah dhamir muttashil mabni ‘ala raf’i, fi mahali raf’in, karena merupakan fa’il, kembalinya pada aku yaitu Umar.

رَسُوْلَ
(utusan)
maf’ul bih / objek, manshub, alamat nashabnya adalah fathah, karena ini adalah isim mufrad.

اللهِ
(Allah)
mudhaf ilaihi dari رَسُوْلَ, majrur, tanda jarnya kasrah, lafdzul jalaalah dari ilah.


صلى
(Shalawat)
fi’il madhi, mabni ala fathi.

الله
(Allah)
fa’il dari صلى, marfu’, tanda rafa’nya dhammah, lafdzul jalaalah

عليه
(atasnya)
jar wa majrur, muta’alliq pada صلى

و
(dan)
wawu athaf.ke صلى

سلم
(salam)
fi’il madhi, mabni ala fathi.

يَقُوْلُ
(dia berkata)
fi’il mudhari’, marfu’ karena tidak ada amil, alamat rafa’nya dhammah karena fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan sesuatupun, fa’ilnya dhamir mustatir kembalinya pada huwa yaitu رَسُوْلَ


I'rab Hadits Arbain AnNawawi - Hadits Pertama (3)
>> WEDNESDAY, NOVEMBER 11, 2009


إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

إِنَّمَا
(pembatasan, hashr)
ما Al Kaaffah dan إنّ al makfuufah… ما itu membatalkan fungsi إنّ , sehingga tidak mempunyai amal.

اْلأَعْمَالُ
(amal-amal)
mubtada’, marfu’, tanda rafa’nya dhammah, karena isim jamak taksir.

بِالنِّيَّاتِ
(dengan niyat)
ba’ huruf jar, النِّيَّاتِ majrur, tanda jarnya kasrah, karena merupakan jamak muannats salim. jar dan majrur ta’alluq dengan khabar mubtada’ yang makhdzuf (tersembunyi) taqdirnya كائنة atau مستقرة . boleh juga di’irab sebagai jar majrur fi mahalli raf’in (menempati posisi rafa’) khabar mubtada’.


وَإِنَّمَا
(dan, innamaa untuk pembatasan)
wawu isti’nafiyyah استئنافيّة , إِنَّمَا kaffah wa maktufah.

لِكُلِّ
(bagi setiap)
jar wa majrur. كُلّ majrur, tanda jarnya adalah kasrah,

امْرِئٍ
(perkara)
adalah mudhaf ilaih, majrur, tanda jarnya adalah kasrah, karena isim mufrad.

مَا
(apa)
huruf masdariyyah.

نَوَى
(niyatkan)
fi’il madhi, bisa juga dii'rab maa seagai isim maushul, silat maushulnya jumlah fi'liyah nawaa, failnya ditakdirkan pada dhamir mustatir huwa.


I'rab Hadits Arbain AnNawawi - Hadits Pertama (4)
>> WEDNESDAY, NOVEMBER 11, 2009
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ


فَمَنْ
(maka barang siapa)
fa’ isti’nafiyyah, مَنْ adat syarat

كَانَتْ
(adalah), biasa tidak diartikan
kana

هِجْرَتُهُ
(hijrah/ pindahnya)
isim kana, marfu’, tanda rafa’nya dhammah, karena isim muannats mufrad. Hu adalah mudhaf ilaihi, fii mahalli jarin, mabni karena dia isim dhamir muttashil.

إِلَى
(kepada)
huruf jar

الله
(Allah)
majrur, tanda jarnya kasrah, lafdzul jalaalah

وَرَسُوْلِه
(dan rasul/utusanNya)
wawu athaf pada الله
رَسُوْلِه majrur, tanda jarnya kasrah, karena isim mufrad, hu adalah mudhaf ilaihi, fi mahalli jarin, tetapi mabni, karena dia dhamir muttashil.


ِفَهِجْرَتُه
(maka hijrahnya)
fa’ sebagai pendahulu jawabu syarat, jumlah ismiyah.

هِجْرَتُهُ
(hijrahnya)
merupakan mubtada’, marfu’ tanda eafa’nya dhammah, isim muannats mufrad. hu adalah mudhaf ilaihi, fi mahalli jarin, tetapi mabni, karena dia dhamir muttashil.

إِلَى للهِ وَرَسُوْلِه
(kepada Allah dan rasulNya)
merupakan khabar dari mubtada’.
entuk jar wa majrur, kemudian diikuti wawu athaf, i'rabnya sama seperti penjelasan sebelumnya


I'rab Hadits Arbain AnNawawi - Hadits Pertama (5)
>> THURSDAY, NOVEMBER 12, 2009


وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِوَمَنْ


وَمَنْ
(dan barang siapa)
وَ wawu athaf pada kalimat yang didahului فَ istisna’iyyah. مَنْ adat syarat

كَانَتْ
(adalah)
kana

هِجْرَتُهُ
(hijrahnya)
isim kana, marfu’, tanda rafa’nya dhammah, karena isim muannats, mufrad. Hu adalah mudhaf ilaihi, fii mahalli jarrin, mabni karena dia isim dhamir muttashil.

لِدُنْيَا
(untuk dunia)
Jar wa majrur. دُنْيَا majrur, alamat jarnya kasrah muqadarah (kasrah yang tersembunyi) karena isim maqshur



يُصِيْبُهَا
(yang diinginkannya)
Fi’il mudhari’ dari اصاب marfu’ tanda rafa’nya dhammah, karena tidak ada amil yang membuatnya manshub maupun majzum.
هَا adalah maf’ul bih fi mahali nashbin. mabni, karena dhamir muttashil.
Kembalinya kepada dunya. Fi’il mudhari’ dan maf’ul bih ini juga sekaligus sebagai jumlah fi’liyyah haliyyah yang menerangkan dunya.

أَوْ
(atau)
Wawu athaf, athaf kepada دُنْيَا

امْرَأَةٍ
(wanita)
Majrur, tanda jar nya adalah kasrah, bentuk isim muanats mufrad.

يَنْكِحُهَا
(yang ingin dinikahinya)
Fi’il mudhari’ marfu’ tanda rafa’nya dhammah, karena tidak ada amil yang membuatnya manshub maupun majzum.هَا adalah maf’ul bih fi mahali nashbin. mabni, karena dhamir muttashil.Kembalinya kepada امْرَأَةٍ. Fi’il mudhari’ dan maf’ul bih ini juga sekaligus sebagai jumlah fi’liyyah haliyyah yang menerangkanامْرَأَةٍ.

فَهِجْرَتُهُ
(maka hijrahya)
fa’ sebagai pendahulu jawabu syarat, jumlah ismiyah

إِلَى
(kepada)
Huruf jar

مَا هَاجَرَ
(apa yang dia hijrah)
ما isim maushul, هَاجَرَ fiil madhi (merupakan jumlah fo’liyyah, silat maushul)

إِلَيْهِ
(padanya)
Jar majrur, ilaa + dhamir muttashil ه kembali pada ما

I'rab Hadits Arbain AnNawawi - Hadits Pertama (6)
>> THURSDAY, NOVEMBER 12, 2009
رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة



رواه
(meriwayatkannya)
روا fi’il madhi, ه berkedudukan sebagai maf’ul bih, fii mahalli nashbin, mabni, karena dhamir muttashil,

إماما
(dua imam)
isim fa’il dari روا marfu, tanda rafa’nya alif, karena isim mutsanna (isim bentuk untuk dua). Hilangnya nun, karena berkedudukan sebagai mudhaf.

المحدثين
(bentuk jamak dari ahli hadits)
mudhaf ilaihi dari إماما majrur, tanda jarnya adalah ya’ karena bentuk jamak mudzakkar salim.


أبو
(bapak)
badal ba’dhin min kulli (sebagian dari keseluruhan) dari إماما, marfu’, tanda rafa’nya adalah wawu, karena merupakan asma’ul khamsah.

عبد الله
(hamba Allah) nama orang
عبد mudhaf ilaihi dari kata أبو , sehingga majrur, tanda jarnya adalah kasrah karena merupakan isim mufrad. الله mudhaf ilaihi dari kata عبد, sehingga majrur, tanda jarnya adalah kasrah, lafdzul jalaalah.

محمد
(Muhammmad) nama orang
badal dari عبد , marfu’ dengan tanda rafa’ dhammah, karena merupakan isim mufrad.

بن
(anak)
badal dari محمد, marfu’ tanda rafa’nya adalah dahmmah, karena isim mufrad.

إسماعيل
(Isma’il) nama ajam.
mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah fathah, karena isim gahiru munsharif.

بن
(anak)
badal dari محمد, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.

إبراهيم
(Ibrahim) nama ajam.
mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah fathah, karena isim gahiru munsharif.

بن المغيرة
(anaknya Mughirah)
بن (anak) badal dari محمد, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.
المغيرة mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah kasrah, karena isim gahiru munsharif yang sudah dimasuki alif dan laam.

بن بردزبة
(anaknya Bardizbah)
بن (anak) badal dari محمد, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad. بردزبة mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah fathah, karena isim gahiru munsharif.

البخاري
(Al Bukhari) nisbat kepada asal beliau di Bukhara, dan ini seperti yang kita kenal sekarang
adal dari محمد, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.

وابو
(dan bapak)
و wawu athaf, kepada ابو yang pertama badal ba’dhin min kulli (sebagian dari keseluruhan) dari إماما, marfu’, tanda rafa’nya adalah wawu, karena merupakan asma’ul khamsah.

الحسين
(Al Husain) nama orang
mudhaf ilaihi dari kata أبو , sehingga majrur, tanda jarnya adalah kasrah karena merupakan isim mufrad.

مسلم
(Muslim) nama orang
badal dari kata أبو , sehingga marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.

بن الحجاج
(anaknya Al Hajaaj)
بن (anak) badal dari مسلم, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad. الحجاج mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah kasrah, karena isim mufrad.

بن مسلم
(anaknya Muslim)
بن (anak) badal dari مسلم, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad. مسلم mudhaf ilaihi dari بن, majrur tanda jarnya adalah kasrah, karena isim mufrad.

القشيري
(Al Qusyairi)
badal dari مسلم yang pertama, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.

النيسابوري
(An Naisaburi)
dinisbatkan pada asal beliau di Naisabur
badal dari مسلم yang pertama, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, karena isim mufrad.

في
(pada)
huruf jar صحيحيهما (kedua kitab shahih milik keduanya) صحيحي majrur, tanda jarnya adalah ya’ karena isim mutsanna, nun hilang karena dia adalah mudhaf.

هما
mudhaf ilaihi dari صحيحي, fi mahalli jarrin, mabni karena dhamir muttashil.

اللذين
(yang)
isim maushul

هما
(keduanya)
silah maushul, dhamir munfashil mabni, taqdirnya pada dua kitab shahih. dalam kalimat merupakan mubtada’, jadi fi mahali raf’in.

أصح
(paling shahih)
merupakan isim tafdhil. khabar dari هما, marfu’, alamat rafa’nya adalah dhammah. karena isim mufrad. tanpa tanwin karena dia mudhaf dan isim gahiru munsharif. Juga merupakan mudhaf.

الكتب
(kitab-kitab) jamak dari kitab
mudhaf ilaihi dari أصح majrur, tanda jarnya adalah kasrah, isim jamak taksir.

المصنفة
(yang disusun)
sifat dari الكتب sehingga majrur juga, tanda jarnya adalah kasrah, isim mufrad.

I'rab Surat an Naas

Agus Subandi
I'rab Al-Qur'an Surat An Naas
>> TUESDAY, NOVEMBER 17, 2009
QUR'AN SURAT AN NAAS
سورة الناس

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

(قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ (4
(الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sesembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

I’rab (الإعراب)

(قُلْ)
(katakanlah)
fi’il amr, mabni 'ala sukun, failnya adalah dhamir mustatir yang taqdirnya أَنْتَ (anta, kamu, orang yang diajak bicara)

(أَعُوذُ)
(aku berlindung)
fi’il mudhari’, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, failnya adalah dhamir mustatir yang taqdirnya أَنَا

(بِرَبِّ النَّاسِ)
(kepada Rabbnya manusia)
بِرَبِّ jar dan majrur muta’aliq (berkaitan) dengan أَعُوذُ ,
رَبِّ majrur dengan tanda jar berupa kasrah, karena merupakan isim mufrad. النَّاسِ mudhaf ilaih dari رَبِّ, majrur dengan tanda jar berupa kasrah, merupakan bentuk jamak taksir dari insan (الإنسان).

(مَلِكِ النَّاسِ)
(rajanya manusia)
مَلِكِ badal dari رَبِّ , - atau merupakan na’at atau athaf bayan alaihi -, majrur dengan tanda jar kasrah, karena isim mufrad.
النَّاسِ sudah dibahas di atas.

(إِلهِ النَّاس)
(sesembahan manusia)
badal dari مَلِكِ , majrur dengan tanda jar kasrah, karena isim mufrad.
النَّاسِ sudah dibahas di atas.

(مِنْ شَرّ)
(dari kejelekan)
jar majrur muta’alliq dengan أَعُوذُ,
شَرّ majrur dengan tanda jar kasrah, karena isim mufrad.

(الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ)
(was-was/ bisikan yang syaithan tersembunyi)
mudhaf ilaihi dari شَرِّ majrur tanda jarnya kasrah. الْوَسْواسِ adalah pelaku dari was-was. الْخَنَّاسِ sifat dari الْوَسْواسِ , majrur juga, makna asalnya adalah mengecil/sembunyi/ melemah. Maksudnya jika seorang mengingat Allah maka syaithan akan mengecil, namun jika seseorang lupa atau lalai, syaithan akan membesar.


(الَّذِي يُوَسْوِسُ)
(yang membisikkan)
الَّذِي isim maushul fii mahalli jarin, sifat dari الْوَسْواسِ
يُوَسْوِسُ shilah maushul, berupa jumlah fi’liyah, fi’il mudhari’ marfu’ tanda rafa’nya dhammah, failnya dhamir mustatir kembalinya kepada dia (هو).

(فِي صُدُورِ النَّاسِ)
(dalam dada-dada manusia)
jar dan majrur muta’aliq (berkaitan) dengan يُوَسْوِسُ,
صُدُورِ majrur dengan tanda jar berupa kasrah, isim jamak taksir.
النَّاسِ mudhaf ilaihi dari صُدُورِ , majrur juga.

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
(dari golongan jin dan manusia)
jar majrur muta’alliq dengan failnya يُوَسْوِسُ ,
. الْجِنَّةِmajrur, tanda jarnya kasrah. وَ wawu athaf bersandar pada الْجِنَّةِ.
النَّاسِ majrur juga.

kalimat: «قل ...» tidak ada kedudukan padanya, permulaan.
kalimat: «أعوذ ...» pada kedudukan nashab, مقول القول apa yang dikatakan dari perkatakan.
kalimat: «يوسوس ...» tidak ada kedudukan padanya, shilah maushul dari (الذي).

I'rab Surat al Falaq

Agus Subandi

I'rab Al-Qur'an Surat Al Falaq
>> TUESDAY, NOVEMBER 24, 2009
SURAT AL FALAQ
سورة الفلق

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ ما خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غاسِقٍ إِذا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حاسِدٍ إِذا حَسَدَ (5) 5

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki".


I’rab
(الإعراب)

قُلْ
(katakanlah)
fi’il amr, mabni 'ala sukun, failnya adalah dhamir mustatir yang taqdirnya أَنْتَ (anta, kamu, orang yang diajak bicara)

أَعُوذُ
(aku berlindung)
fi’il mudhari’, marfu’ tanda rafa’nya adalah dhammah, failnya adalah dhamir mustatir yang taqdirnya أَنَا

بِرَبِّ الْفَلَقِ
(kepada Rabbnya waktu subuh) Rabb yang menguasai waktu subuh
بِرَبِّ jar dan majrur muta’aliq (berkaitan) dengan أَعُوذُ ,
رَبِّ majrur dengan tanda jar berupa kasrah, karena merupakan isim mufrad. الْفَلَقِ mudhaf ilaih dari رَبِّ, majrur dengan tanda jar berupa kasrah, isim mufrad.

مِنْ شَرّ
(dari kejelekan)
jar majrur muta’alliq dengan أَعُوذُ,
dalam QS. Al Falaq ini terdapat 4 pengulangan مِنْ شَرّ.
شَرّ majrur dengan tanda jar kasrah, karena isim mufrad.

ما خَلَقَ
(apa yang Allah cipta/makhluk)
ما isim maushul fi mahalli jarrin, mudhaf ilaihi dari شَرّ , mbani ‘ala sukun.
خَلَقَ fi’il madhi mabni ‘alaa fathi dan failnya dhamir mustatir jawazan taqdirnya dia (هو). kalimat «خلق ...» adalah shilah maushul, tidak ada kedudukan i’rab padanya dan kembali pada al maushul dhamir makhdzuf (dhamir yang dihilangkan)


وَمِنْ شَرِّ غاسِقٍ إِذا وَقَبَ
(dan dari kejelekan malam ketika gelap)
وَ wawu athaf.
مِنْ شَرِّ jar majrur muta’alliq dengan أَعُوذُ,
شَرّ majrur dengan tanda jar kasrah, karena isim mufrad.
غاسِقٍ mudhaf ilaihi dari شَرّ, majrur, tanda jarnya kasrah.
إِذا وَقَبَ dharaf zaman, fii mahalli nashbin (pada kedudukan nashab),
muta’alliq (berkaitan dengan) شَرِّ غاسِقٍ
وَقَبَ fi'il madhi, mabni 'ala fathi, failnya dhamir mustatir jawazan, taqdirnya هو

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثاتِ فِي الْعُقَدِ
(dan dari kejelekan malam ketika gelap)
وَمِنْ شَرِّ penjelasannya sama seperti sebelumnya.
النَّفَّاثاتِ mudhaf ilaihi dari شَرّ, majrur, tanda jarnya kasrah
فِي الْعُقَدِ jar majrur muta’alliq dengan النَّفَّاثاتِ
الْعُقَدِ majrur dengan tanda jar kasrah, isim mufrad

وَمِنْ شَرِّ حاسِدٍ إِذا حَسَدَ
(dan dari kejelekan malam ketika gelap)
وَمِنْ شَرِّ penjelasannya sama seperti sebelumnya.
حاسِدٍ mudhaf ilaihi dari شَرّ, majrur, tanda jarnya kasrah
إِذا حَسَدَ dharaf zaman, fii mahalli nashbin (pada kedudukan nashab), muta’alliq (berkaitan dengan) mashdar شَرِّ حاسِدٍ
حَسَدَ fi'il madhi, mabni 'ala fathi, failnya dhamir mustatir jawazan, taqdirnya هو

kalimat: «قل ...» tidak ada kedudukan padanya, permulaan.
kalimat: «أعوذ ...» pada kedudukan nashab, مقول القول apa yang dikatakan dari perkatakan.
kalimat: «خلق ...» tidak ada kedudukan padanya, shilah maushul dari (ما).

I'rab Surat al Lahab

Agus Subandi

I'rab Al-Qur'an Surat Al Lahab
>> WEDNESDAY, DECEMBER 16, 2009
SURAT AL LAHAB
سورة اللهب

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
تَبَّتْ يَدا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) ما أَغْنى عَنْهُ مالُهُ وَما كَسَبَ (2) سَيَصْلى ناراً ذاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4)4) فِي جِيدِها حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)5)

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar
Yang di lehernya ada tali dari sabut.

تَبَّتْ يَدا
(Binasalah kedua tangan)

تَبَّتْ fi’il madhi mabni ala fathi, dengan makna yang akan datang karena doa atasnya. Ta’ adalah ta’ ta’nits sakinah.
يَدا adalah failnya تَبَّتْ , marfu’ dengan tanda rafa’nya adalah alif, karena merupakan isim mutsanna, asalnya يَدان , hilangnya nun, karena merupakan idhafah, sebagai mudhaf.

أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
(Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa )
أَبِي لَهَبٍ
(Abu Lahab)
أَبِي mudhaf ilaihi, majrur karena idhafah, dengan tanda jar berupa yaa’ karena merupakan asma’ul khamsah.
لَهَبٍ merupakan mudhaf ilaihi, majrur dengan tanda jar kasrah.
وَتَبَّ
(dan sesungguhnya dia akan binasa )
وَ : wawu athaf. تَبَّ : fi’il madhi mabni ‘ala fathi, failnya adalah dhamir mustatir taqdirnya adalah هو

Jadi kalau diterjemahkan menjadi:
Celaka/binasa lah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia.

ما أَغْنى عَنْهُ
(Tidaklah berfaedah kepadanya)

ما : ma nafiyah, tidak ada amal padanya.
terdapat juga i’rab ما yang lain, yaitu sebagai isim istifham, pertanyaan, tapi bermakna pengingkaran. mabni ‘ala sukun fii mahalli nashbin, maf’ul bih muqaddam untuk fi’il أَغْنى atau fii mahalli raf’in, mutada’ dan khabarnya adalah jumlah أَغْنى dengan makna yaitu sesuatu yang bermanfaat padanya hartanya.

أَغْنى : fi’il madhi mabni/tetap di atas fathah yang diperkirakan di atas alif bengkok.
عَنْهُ, jar wa majrur muta’alliq dengan أَغْنى

مالُهُ وَما كَسَبَ
(harta bendanya dan apa yang ia usahakan.)

مالُهُ fa’ilnya أَغْنى, marfu’ dengan tanda rafa’ berupa dhammah, هُ dhamir muttashil, pada kedudukan jar, karena idhafah sebagai mudhaf ilaihi.
وَ , wawu athaf
ما isim maushul, mabni ’ala sukun, pada kedudukan rafa’ karena mengikuti مالُهُ
كَسَبَ fi’il madhi, mabni ‘ala fathi, failnya adalah dhamir mustatir jawazan, taqdirya adalah هو

Jadi kalau diterjemahkan menjadi:
Tidaklah bermanfaat padanya hartanya dan apa yang dia usahakan.
atau
Apakah akan bermanfaat padanya hartanya dan apa yang dia usahakan (jawabnya jelas tidak karena pengingkaran).


سَيَصْلى ناراً ذاتَ لَهَبٍ
(Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak)

سَ sin bermakna yang akan datang untuk taukid
يَصْلى fiil mudhari’, marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah yang diperkirakan di atas alif bengkok. Failnya adalah dhammir mustatir jawazan, taqdirnya adalah هو kembali kepada أَبِي لَهَبٍ.
ناراً merupakan maf’ul bihi dari يَصْلى , manshub dengan tanda nashab fathah.
ذاتَ لَهَبٍ , merupakan sifat atau na’at dari ناراً. sehingga juga manshub, tanda nashabnya adalah fathah, hilangnya tanwin pada ذاتَ karena merupakan mudhaf dari لَهَبٍ . karena hubungan idhafah, sebagai mudhaf ilaihi, maka لَهَبٍ majrur, dengan tanda jar berupa kasrah.


وَامْرَأَتُهُ
(Dan (begitu pula) istrinya)
وَ wawu athaf, athaf pada failnya سَيَصْلى yang berupa dhamir mustatir, sehingga maknanya menjadi akan masuk dia dan istrinya.
امْرَأَتُهُ i’rabnya mengikuti fail سَيَصْلى marfu’, dengan tanda rafa’ beruapa dhammah.
هُ merupakan mudhaf ilahi dari امْرَأَةُ. fii mahalli jarin

حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
(pembawa kayu bakar )
حَمَّالَةَ hal atau keterangan dari امْرَأَتُهُ , manshub dengan tanda nashab fathah, hilangnya nun karena merupakan mudhaf dari الْحَطَبِ.
الْحَطَبِ mudhaf ilaihi, majrur karena idhafah dengan tanda jar berupa kasrah.

Sehingga kalau diartikan:
Kelak dia (Abu Lahab) akan masuk ke dalam api yang bergejolak dan (begitu pula) istrinya dengan (dalam keadaan) membawa kayu bakar

فِي جِيدِها حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
(Yang di lehernya ada tali dari sabut)

فِي جِيدِها حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
jumlah ismiyah., pada kedudukan nashab, hal kedua dari امْرَأَتُهُ
فِي جِيدِ jar wa majrur muta’alliq dengan khabar muqaddam .
ها dhamir muttashil, mabni ‘ala sukun, fii mahalli jarin, karena idhafah.
حَبْلٌ mutada’ muakhar, marfu’ dengan tanda rafa’nya berupa dhammah.
مِنْ مَسَدٍ jar wa majrur muta’alliq dengan shifat yang dihilangkan dari حَبْلٌ dan مِنْ huruf jar bayani . مَسَدٍ majrur dengan tanda jar berupa kasrah.

Sehingga kalau diartikan:
istrinya dengan (dalam keadaan) membawa kayu bakar, dan dalam keadaan di lehernya ada tali dari sabut (neraka).

kalimat « تبّت يدا ... » : tidak ada kedudukan padanya karena ibtida’iyah/permulaan.
kalimat « تبّ ... » : tidak ada kedudukan padanya karena mengikuti kalimat ibtida’iyah.
kalimat « ما أغنى عنه ماله ... » : tidak ada kedudukan padanya karena isti’nafiyah/permulaan.
kalimat « كسب ... » : tidak ada kedudukan padanya, shilah maushul dari huruf ما
kalimat «سيصلى ...» : tidak ada kedudukan padanya, isti’naf bayani
kalimat «في جيدها حبل ...» : tidak ada kedudukan padanya, ist’naf bayani yang terakhir.


Keterangan tambahan

(أبو لهب)
Abu Lahab, kunyah dari Abdul Aziz, paman nabi صلى اللّه عليه وسلّم , diberi nama kunyah seperti itu karena wajahnya bergejolak, bersinar2, menyala-nyala (makna dcari kata لهب).

(حمّالة)
muannats dari حمّال shighah mubalaghah, isim fail dari tsulatsi حمل, wazannya فعّالة.

(جيد)
isim jamid dengan makna العنق (leher). wazannya فعل dengan kasrah kemudian disukun.

(مسد)
isim jamid dengan makna ليف (sabut), wazannya فعل dengan dua fathah.

I'rab surat al Ma'uun

Agus Subandi

I'rab Al Qur'an Surat Al Maa'uun
>> THURSDAY, SEPTEMBER 30, 2010
SURAT AL MAA'UUN
سورة الماعون
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Itulah orang yang menghardik anak yatim,

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

orang-orang yang berbuat riya,

dan enggan (menolong dengan) barang berguna.


أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
أَرَأَيْتَ
(tahukah kamu)

أَ alif merupakan alif taqrir dan tanbih (peringatan) dalam lafadz istifham (tanya).

رَأَيْتَ
fi'il madhi mabni 'ala kashrah karena bersambung dengan dhamir rafa' mutaharik, dan ت merupakan dhamir muttashil, dhamir mukhatab, mabni 'ala fathi, pada kedudukan rafa' karena merupakan fail.

الَّذِي يُكَذِّبُ
(yang mendustakan)

الَّذِي isim maushul mabni 'ala sukun pada kedudukan nashab merupakan maf'ul bihi.

يُكَذِّبُ
fi'il mudhari' marfu' dengan tanda rafa' dhammah, dan failnya adalah dhamir mustatir fihi jawazan taqdirnya هو (dia).
Kalimat يُكَذِّبُ merupakan shillah maushul tidak ada kedudukan i'rab padanya.

بِالدِّينِ
(agama?)
jar wa majrur mutta'aliq dengan يُكَذِّبُ yaitu apakah kamu mengetahui orang yang mendustakan agama?


فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

فَذَٰلِكَ
(maka itulah)
ف fa waqi'ah sebagai jawab syarat muqadaran dengan makna bahwa kammu tidak
mengetahui orang yang mendustakan

ذا isim isyarah mabni 'ala sukun pada kedudukan rafa', mubtada, dan ل lam untuk sesudahnya, dan ك kaf untuk mukhatab.

الَّذِي
((orang) yang)
isim maushul, mabni 'ala sukun pada kedudukan rafa', khabar mubtada mahdzuf, taqdirnya هو (dia) dan jumlah ismiyah هوالذي pada kedudukan khabar ذالك dan jumlah fi'liyah setelahnya shillah maushul, tidak ada kedudukan i'rab padanya.

يَدُعُّ الْيَتِيمَ
(menghardik anak yatim,)

يَدُعُّ fi'il mudhari' marfu' dengan tanda rafa' berupa dhammah, dan failnya dhammir mustatir jawazan padanya, taqdirnya huwa.
الْيَتِيمَ maf'ul bihi, manshub dan tanda nashabnya adalah fathah,

maknanya yaitu menolak dengan kasar.


وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

وَلَا يَحُضُّ
(dan tidak menganjurkan)
ma'thufiyah (mengikuti) dengan wawu, jadi و , wawu athaf. mengikut pada يَدُعُّ dan sudah dii'rab. dan لا laa nafiiyah untuk penekanan tidak.

عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ
(memberi makan orang miskin.)
jar wa majrur muta'aliq dengan يَحُضُّ. al miskin mudhaf ilaihi majrur karena idhafah dan tanda jarnya adalah kasrah.


فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ

فَوَيْلٌ
(Maka kecelakaanlah)

ف faa isti'nafiyah.
وَيْلٌ mubtada marfu' dengan alamat rafa'nya dhammah, dan telah dijelaskan di atas.

لِّلْمُصَلِّينَ
(bagi orang-orang yang shalat,)
jar wa majrur mutta'aliq dengan khabar وَيْلٌ mahdzuf, dan alamat jarnya adalah isim ya karena merupakan jamak mudzakar salim, dan nun iwadh dari 2 tanwin dan harakat padanya mufrad.

الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

الَّذِينَ هُمْ
(yaitu) orang-orang yang)

isim maushul mabni 'ala fathi pada kedudukan jar, shifat/na'at dari musholin.
dan jumlah ismiyah setelahnya shilahnya, tidak ada kedudukan padanya.

هُمْ dhamir rafa' munfashil padanya kedudukan rafa' karena merupakan mubtada.

عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
(lalai dari shalatnya,)

عَن': huruf jar
صَلَاتِ isim majrur karena عَن dan tanda jarnya adalah kasrah
dan هِمْ him dhamir ghaib (orang ketiga) pada kedudukan jar karena idhofah dari sholat
jar dan majrur mutta'aliq dengan khabar هم hum

سَاهُونَ
khabarnya hum dan tanda rafa'nya wawu karena merupakan jamak mudzakkar salim dan nun 'iwadh dari 2 tanwin yang mufrad, asalnya ساهيون dan disembunyikan ya karena sukunnya dan sukun wawu, setelah disembunyikan dhammah yang apa pada yaa.

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

الَّذِينَ
(orang-orang yang)

الَّذِينَ isim maushul mabni 'ala fathi pada kedudukan jar karena badal dari الَّذِينَ yang disebut pada ayat sebelumnya.

هُمْ يُرَاءُونَ
(berbuat riya,)

jumlah ismiyah, shilah maushul dari الَّذِينَ , tidak ada kedudukan i'rab padanya.

هم : dhamir rafa' munfashil pada kedudukan rafa', mubtada'.
يُرَاءُونَ fi'il mudhari' marfu' dan tanda rafa'nya disebutkannya nun, wawu adalah dhamir muttashil pada kedudukan rafa' karena merupakan fail,
dan jumlah fi'liyah يُرَاءُونَ dalam kedudukan rafa', sebagai khabarnya هم hum.

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

وَيَمْنَعُونَ
(dan enggan (menolong dengan))
ma'thufiyah dengan wawu, ikut pada يُرَاءُونَ dan telah dii'rab di atas.

الْمَاعُونَ
(barang berguna.)
maful bihi manshub dengan tanda nashab fathah, yang dimaksud yaitu zakat.

I'rab surat an Nashr

Agus Subandi
I'rab Al-Qur'an Surat An Nashr
>> WEDNESDAY, DECEMBER 23, 2009
SURAT AN NASHR
سورة النصر


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
إِذا جاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْواجاً (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوَّاباً (3)3)

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

I’RAB
الإعراب:

إِذا جاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

إِذا
(Apabila)
dharaf zaman untuk yang akan datang, mabni ’ala sukun, pada kedudukan nashab, mengandung makna syarat, tidak menjazmkan fiil-fiil setelahnya.

جاءَ نَصْرُ
jumlah fi’liyah, fii mahalli jarin, karena idhafah (syarat).

جاءَ
(telah datang)
fi’il madhi, mabni ‘ala fathi


نَصْرُ
(pertolongan)
fail dari جاءَ marfu’ dengan tanda rafa’ berupa dhammah.

اللَّهِ
(Allah)
lafdhul jalaalah, mudhaf ilaihi dari نَصْرُ , majrur dengan tanda jar berupa kasrah..

وَالْفَتْحُ
(dan kemenangan)
وَ wawu athaf kepada نَصْرُ. hi
الْفَتْحُ kedudukannya sama dengan نَصْرُ اللَّهِ, marfu’ dengan tanda rafa’ berupa dhammah. yang dimaksud dengan pertolongan Allah di sini adalah Allah menolong RasulNya yang mulia dengan membuka dan memenangkan/ fathul Makkah.
Disembunyikan maf’ul mashdar dari نصر , diperkirakan adalah Rasulullah yang mulia karena dianggap telah diketahui.


وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْواجاً
وَ
(dan)
wawu athaf kepada جاءَ .
رَأَيْتَ
(kamu lihat)
رَأَي fi’il madhi, mabni ‘ala sukun, karena bersambung dengan dhamir di akhirnya. تَ adalah dhamir muttashil, dhamir mukhatab, mabni ‘ala fathi, fii mahalli raf’in karena berupa fail.
النَّاسَ
(manusia)
maf’ul bihi dari رَأَيْتَ , manshub dengan fathah.
يَدْخُلُونَ
(mereka masuk)
fi’il mudhari’, marfu’ dengan penyebutan nun, wawu adalah dhamir muttashil fii mahalli raf’in yang merupakan fail. Kalimat yang dimulai dengan يَدْخُلُونَ merupakan hal dari النَّاسَ.

فِي دِينِ اللَّهِ
(ke dalam agama Allah)
فِي دِينِ jar wa majrur mutta’alliq pada يَدْخُلُونَ.
اللَّهِ mudhaf ilaihi dari دِينِ , majrur dengan tanda jar berupa kasrah.
دِينِ اللَّهِ maksudnya jalan atau agama Islam.

أَفْواجاً
(dengan berbondong-bondong)
hal dari failnya يَدْخُلُونَ , manshub ‘ala fathi. maksudnya masuk dengan berbondong-bondong.


فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوَّاباً

فَسَبِّحْ
(maka bertasbihlah)
فَ fa’ rabithah, jawab syarat.
سَبِّحْ fi’il amr, mabni ‘ala sukun, failnya dhamir mustatir fiihi wujuban taqdirnya انت . Yaitu katakanlah Maha Suci Allah.
بِحَمْدِ
(dengan memuji)
jar wa majrur, muta’alliq dengan سَبِّحْ
رَبِّكَ
(Tuhanmu)
mudhaf ilaihi dari حَمْدِ , tanda jarnya berupa kasrah. كَ adalah dhamir muttashil, dhamir mukhatab, mudhaf ilaihi dari رَبِّ , fii mahalli jarrin, mabni ’ala fathi.
وَاسْتَغْفِرْهُ
(dan mohonlah ampun kepada-Nya)

وَ wawu athaf kepada سَبِّحْ .
اسْتَغْفِرْ dii’rab seperti سَبِّحْ yaitu fi’il amr, mabni ‘ala sukun.
هُ dhamir muttashil, mabni ‘ala dhammi, fii mahalli nashbin, maf’ul bihi.


إِنَّهُ كانَ تَوَّاباً
إِنَّهُ
(Sesungguhnya Dia)

إِنَّ huruf nashab, dengan makna taukid serupa dengan fi’il. fa’ilnya adalah هُ, dhamir muttashil mabni ‘ala dhammi fii mahalli nashbin, isimnya إِنَّ. Jumlah fi’liyah sesudahnya merupakan khabar إِنَّ , fii mahalli raf’in.
كانَ
(adalah)

fi’il madhi, naqish, mabni ‘ala fathi, isimnya adalah dhamir mustair jawazan taqdirnya adalah هو .
تَوَّابا
(Maha Penerima taubat.)
khabarnya كانَ manshub, dengan tanda nashab berupa fathah.

kalimat «جاء نصر اللّه» fii mahalli jarrin, mudhaf ilaihi.
kalimat «رأيت ...» fii mahalli jarrin, mengikuti kalimat جاء نصر ....
kalimat «يدخلون ...» fii mahalli nashbin, hal dari الناس .
kalimat «سبّح ...» tidak ada kedudukan padanya, jawab syarat yang tidak jazm.
kalimat «استغفره ...» tidak ada kedudukan padanya karena mengikuti kalimat سبّح.
kalimat «إنّه كان توابا ...» tidak ada kedudukan padanya ta’liliyah/sebab.
kalimat «كان توّابا» fii mahalli raf’in khabar إنّ .

I'rab surat al Ikhlash

Agus Subandi

I'rab Al-Qur'an Surat Al Ikhlash
>> MONDAY, NOVEMBER 30, 2009
SURAT AL IKHLASH
سورة الإخلاص


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ (4)4

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

I’RAB
الإعراب:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(katakanlah Dia Allah Yang Maha Esa)
قُلْ
fi’il amr, mabni 'ala sukuni, disembunyikan wawunya karena bertemunya 2 sukun, failnya adalah dhamir mustatir wajiban yang taqdirnya أَنْتَ (anta, kamu, orang yang diajak bicara)
هُوَ اللَّهُ
هُوَ dhamir munfashil, mubtada’, fi mahalli raf’in, mabni karena dhamir.
اللَّهُ lafdhul jalaalah, marfu’ dengan tanda rafa’ dhammah, mubtada’ yang kedua, atau badal dari dhamir هُوَ
أَحَدٌ khabar dari mubtada’ اللَّهُ , marfu’ dengan tanda rafa’nya adalah dhammah, karena merupakan isim mufrad.

اللَّهُ الصَّمَدُ
(Allah adalah Tuhan yang Maha bergantung kepada-Nya segala sesuatu)
susunan mubtada’ dan khabar. keduanya marfu’ dengan tanda rafa’ dhammah, yang pertama lafdhul jalaalah yang kedua adalah isim mufrad.





لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
(Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan)
لَمْ laam merupakan huruf nafi, majzum
يَلِدْ fi’il mudhari’ mazjum, tanda jazmnya adalah sukun, mazjum karena ada لَمْ sebelumnya yang mempunyai amil menjazmkan fiil mudhari’. Failnya dhamir mustatir takdirnya هو, kembalinya kepada اللَّهُ
وَ wawu athaf kepada لَمْ yang pertama
لَمْ laam merupakan huruf nafi, majzum (seperti لَمْ yang pertama)
يُولَدْ fi’il mudhari’ pasif, mazjum, tanda jazmnya adalah sukun, mazjum karena ada لَمْ sebelumnya yang mempunyai amil menjazmkan fiil mudhari’. Naibul failnya dhamir mustatir takdirnya هو , kembalinya kepada اللَّهُ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ
(Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia)
وَ wawu athaf kepada لَمْ yang pertama
لَمْ laam merupakan huruf nafi, majzum (seperti لَمْ yang pertama)
يَكُنْ fi’il mudhari’ naqish, merafa’kan isim dan menashabkan khabar mubtada’. mazjum karena didahului dengan لَمْ
لَهُ jar wa majrur, mutta’alliq dengan khabar يَكُنْ yaitu كُفُواً
كُفُواً khabar يَكُنْ yang didahulukan, manshub, tanda nashabnya adalah fathah, isim mufrad.
أَحَدٌ isim يَكُنْ yang diakhirkan, marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah, merupakan isim mufrad.

kalimat: «قل ...» tidak ada kedudukan untuknya karena merupakan permulaan.
kalimat: «هو اللّه أحد ...» fi mahalli nashbin (pada kedudukan nashab), apa yang dikatakan.
kalimat: «اللّه أحد ...» fi mahalli raf’in (pada kedudukan rafa’), merupakan khabar dari mubtada هُوَ
kalimat: «اللّه الصمد ...» fi mahalli raf’in (pada kedudukan rafa’), merupakan khabar kedua dari mubtada هُوَ
kalimat: «لم يلد ...» fi mahalli raf’in (pada kedudukan rafa’), merupakan khabar ketiga dari mubtada هُوَ
kalimat: «لم يولد ...» fi mahalli raf’in (pada kedudukan rafa’), mengikuti kalimat لم يلد
kalimat: «لم يكن له كفوا أحد» fi mahalli raf’in (pada kedudukan rafa’), mengikuti kalimat لم يلد

I'rab al Qur'an

Agus Subandi
I'rab Al-Qur'an Surat Al Kafirun
>> SUNDAY, SEPTEMBER 26, 2010
SURAT AL KAFIRUN
سورة الكافرون

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
قُلْ يا أَيُّهَا الْكافِرُونَ (1) لا أَعْبُدُ ما تَعْبُدُونَ (2) وَلا أَنْتُمْ عابِدُونَ ما أَعْبُدُ (3) وَلا أَنا عابِدٌ ما عَبَدْتُّمْ (4)
وَ لا أَنْتُمْ عابِدُونَ ما أَعْبُدُ (5)
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6) 6

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

I’RAB
الإعراب:

قُلْ يا أَيُّهَا الْكافِرُونَ

قُلْ (katakanlah)
fi’il amr, mabni 'ala sukun, disembunyikan wawu karena bertemunya 2 sukun, failnya adalah dhamir mustatir wajiban yang taqdirnya أَنْتَ (anta, kamu, orang yang diajak bicara)

يا
(wahai)
huruf nidaa'/panggilan.

أَيُّهَا
أيّ
munada (yang diseru) mabni 'ala dhommi, pada keduduan nashab.
هَا
huruf tambahan untuk tambih/ perhatian padanya.

الْكافِرُونَ
(orang-orang kafir)
sifat dari أيّ marfu', tanda rafa'nya adalah wawu karena merupakan jamak mudzakkar salim.

لا أَعْبُدُ ما تَعْبُدُونَ

لا
(tidaklah)
lam nafiyah, menafikan, tidak memiliki amal apapun dalam i'rab.

أَعْبُدُ
(aku menyembah)
fi'il mudhari' marfu', tanda rafa'nya dhammah. Fa'ilnya adalah dhammir mustatir wajiiban yang takdirnya adalah اثا (saya).

ما تَعْبُدُونَ
(apa yang kamu sembah)
ما isim maushul mabni 'ala sukun dengan makna alladzi/yang, fii mahalli nashbin, karena merupakan maf'ul bih.
sebagian mengatakan maa masdariyah.

تَعْبُدُونَ
(kamu sembah)
fi'il mudhari', marfu' tanda rafa'nya adalah disebutnya nun. Dhammah merupakan dhammir mutashil pada kedudukan rafa', adalah failnya, takdirnya pada kalian banyak.
kalimat ini juga merupakan shilah maushul, tidak ada i'rab padanya


وَلا أَنْتُمْ عابِدُونَ ما أَعْبُدُ

وَ
(dan)
wawu athaf

لا
(tidaklah)
lam nafiyah, menafikan, tidak memiliki amal padanya.

أَنْتُمْ
(kalian)
dhamir rafa' munfashil, mabni 'ala dhammi, fii mahalli raf'in. mubtada'.

عابِدُونَ ما أَعْبُدُ
(penyembah Tuhan yang aku sembah)
khabar dari أَنْتُمْ marfu', tanda rafa'nya wawu karena merupakan jamak mudzakkar salim.

ما isim maushul mabni 'ala sukun dengan makna alladzi/yang, fii mahalli nashbin, karena merupakan maf'ul bih.

أَعْبُدُ
(aku sembah)
fi'il mudhari', marfu' tanda rafa'nya adalah disebutnya nun. Failnya berupa dhammir mustatir wajiban takdirnya ana .
i'rabnya serupa dengan ما تَعْبُدُونَ


وَلا أَنا عابِدٌ ما عَبَدْتُّمْ
(Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah)

وَلا
(dan tidaklah)
seperti di atas i'rabnya

أَنا
(aku)
dhammir, rafa' munfashil, mabni 'ala dhammi, fii mahalli raf'in. mubtada'.

عابِدٌ
(penyembah)
khabar dari أَنا marfu' dengan tandanya berupa dhammah.

ما عَبَدْتُّمْ
(apa yang kamu sembah)
i'rabnya seperti ما تَعْبُدُونَ

ما isim maushul mabni 'ala sukun dengan makna alladzi/yang, fii mahalli nashbin, karena merupakan maf'ul bih.

عَبَدْتُّمْ fi'il madhi mabni 'ala sukun, karena adanya dhammir تُّمْ
failnya dhammir muttashil mukhathab (yang diajak bicara), mabni 'ala dhammi fii mahalli raf'in, mim adalah tanda jamak mudzakkar.


وَ لا أَنْتُمْ عابِدُونَ ما أَعْبُدُ
i'rabnya serupa dengan kalimat sebelumnya

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
(Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku)

لَكُمْ دِينُكُمْ
jar wa majrur mutta'aliq dengan khabar muqaddam. mim merupakan alamat/tanda jamak mudzakkar.
دِينُكُمْ merupakan mubtada' muakhar, marfu' dengan tanda rafa' dhammah.
kaf, dhammir mutashil fii mahalli jarrin karena idhafah.

وَلِيَ دِينِ
terdapat wawu athaf, i'rab mengikuti لَكُمْ دِينُكُمْ
دِينِ karena waqaf, ya' dihilangkan.