Selasa, 11 Oktober 2011

Aqidah Akhlak

AKIDAH AKHLAK




MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akidah Akhlak
Dalam Pembelajaran dari Prof.Dr.H. Affif Muhammad, MA




Oleh :
AGUS SUBANDI
NIM. 2.210.9.024





UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
PROGRAM PASCASARJANA KONSENTRASI PAI-K.A
2011
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanya untuk Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, para Sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang diberi Judul : AKIDAH AKHLAK.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan Makalah berikutnya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua fihak yang telah membantu penulis didalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah Swt. semoga amal baiknya diterima. Amin. Dan Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca dan pemerhati dunia pendidikan.
Akhirnya penulis serahkan semua ikhtiar yang telah penulis lakukan sesuai kemampuan dan batas-batas sebagai manusia yang dhaif serta berharap agar tetap diberi jalan yang benar.

Karawang, 06 Oktober 2011
Penulis,


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1
BAB II AKIDAH AKHLAK
A. Pengertian Akidah Islam ........................................ 4
B. Dasar akidah Islam ............................................. 5
C. Tujuan akidah Islam ............................................ 8
D. Keistimewaan Akidah Islamiyah .................................. 9
E. Pengertian Akhlak .............................................. 10
F. Dasar Hukum Akhlak ............................................. 12
G. Sasaran Akhlak ................................................. 13
H. Akhlak dalam Al-Qur’an ......................................... 18
BAB III KESIMPULAN .................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA






iii




BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk. Yang menciptakan manusia adalah Allah. Sejak pertama ruh diperkenalkan oleh Allah akan pencipta-Nya, maka ruh-ruh telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya. Allah berfirman :
            
            •    
Artinya : dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(Q.S al A’raf (7) : 172 )
Kalau kita mau menengok ke belakang, mempelajari kepercayaan umat manusia, maka yang ditemukan adalah hampir semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini. (M. Quraish Shihab, 1996, hlm. 14)
Dari keyakinan mereka yang awalnya monoteisme, kemudian ada yang berubah menjadi politeisme sesuai dengan keberadaan masing-masing umat baik yang tetap berpegang pada para Nabi dan Rasul-Nya dengan ajaran Tauhidnya, maupun yang menentang para Nabi dan Rasul-Nya dengan tetap meyakini sesuai ajaran yang mereka dapatkan dari nenek moyangnya.
Allah berfirman :
                                          
Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,

1
2

Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S. al Syura (42) : 13)
Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah Swt., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.
Pada mulanya Syari’ah itu diartikan “agama” sebagaimana yang disinggung Allah dalam surat al Syuro (42) : 13, namun kemudian dikhususkan penggunaannya untuk hukum amaliah.... Syari’ah adalah hukum amaliah yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap yang datang kemudian mengoreksi yang datang lebih dahulu. Sedangkan dasar agama, yaitu ‘aqidah / tauhid, tidak berbeda antara Rasul yang satu dengan lainnya. (Amir Syarifuddin, 1997, hlm. 2)
Siapa yang ingin mengetahui aqidah Islam dalam gambaran bersih tanpa ada kotoran, yang jelas dan tidak rumit, yang hidup dan tidak pasif, yang menyeru akal dan hati secara bersamaan, maka hendaklah dia mengetahuinya dari al Qur’an. (Yusuf al Qardhawi, 2008, hlm. 39)
Allah Swt. Berfirman :


Artinya : “ 35. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? 36. ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan) “. (Q.S. ath-Thur (52) : 35-36)
Hakikatnya, akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang merentang panjang dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, itulah yang dimaksud dengan kesatuan akidah dalam sejarah umat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran agama yang tidak mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan dari akidah ketauhidan yang satu itu.
3
Membahas akidah terdapat dalam ilmu tauhid. Ilmu Tauhid yaitu ilmu yang membahas cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu sifat yang terpenting diantara sifat-sifat Tuhan yang lainnya. Ilmu ini juga disebut ilmu ushuluddin yaitu yang membahas soal-soal teologi dalam Islam. Juga disebut ilmu ‘aqo’id (ikatan yang kokoh), credo, atau keyakinan-keyakinan. Karena keyakinan kepada Tuhan harus merupakan ikatan yang kokoh yang tidak boleh dibuka atau dilepaskan begitu saja, karena bahanya amat besar bagi kehidupan manusia. Disebut juga ilmu kalam, karena membahas kalam Allah dalam al Qur’an. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 20)
Dalam pendidikan Islam ada bidang studi agama Islam. Pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif. Nah, bagian afektif inilah yang amat rumit itu. Ini menyangkut pembinaan rasa iman, rasa beragama pada umumnya. (Ahmad Tafsir, 2010, hlm. 135)
Menurut al Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman ialah sebagai berikut :
1. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
2. Metode kisah Qurani dan Nabawi
3. Metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi
4. Metode keteladanan
5. Metode pembiasaan
6. Metode ‘ibrah dan mau’izah
7. Metode targhib dan tarhib. (dinukil Ahmad Tafsir, 2010, hlm. 135)










BAB II
AQIDAH AKHLAK
A. Pengertian Aqidah Islam
Menurut bahasa, aqidah berasal dari bahasa Arab : عقد يعقد عقدة و عقيدة
Artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat kepadanya. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 13)
Menurut Sayid Sabiq pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari enam perkara yaitu :
1. Ma’rifat kepada Allah
2. Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini
3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang diturunkan oleh-Nya kepada para Rasul.
4. Ma’rifat dengan nabi-nabi serta Rasul-rasul Allah Ta’ala yang dipilih oleh-Nya untuk menjadi pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak.
5. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di saat itu.
6. Ma’rifat kepada qadla dan qadar. (Sayid Sabiq, 1999, hlm. 16-17)
Diantara hal yang paling penting dalam berpegang teguh dengan al Qur’an dan as-Sunnah adalah memahami permasalahan ‘aqidah. Hal ini dikarenakan akal tidak
mampu mengetahui secara rinci tentang masalah ‘aqidah, kecuali dengan perantaraan wahyu. Jika seorang muslim berpegang teguh dengan wahyu Allah Swt, sungguh ia telah berpegang teguh pada tali Allah yang kokoh serta mendapat petunjuk menuju jalan yang lurus. (Muhammad bin A.W al ‘Aqil, 2006, hlm. 59)
Adapun yang dimaksud aqidah Islam adalah kepercayaan yang mantap kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh muatan al Qur’anul Karim dan as-Sunnah ash-Shahihah. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 14)



4
5
B. Dasar Aqidah Islam
Allah berfirman :




Artinya : bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al Baqarah (2) : 177)



Artinya : Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS al Baqarah : 285)




6



Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Luqman (31) : 34)
Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
Rasulullah Saw. bersabda :
عن ابى هريرة رضي الله عنه قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما
بارزا للناس فاتاه رجل فقال يارسول الله ما الايمان ؟ قال ان تؤمن بالله
وملائكته وكتابه ولقائه ورسله وتؤمن بالبعث الاخر. (اخرجه البخاري)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Pada suatu hari Rasulullah Saw. tampak ditengah-tengah orang banyak lalu ada seorang laki-laki datang kepada beliau kemudian bertanya, wahai Rasulullah ! Apakah iman itu ? Beliau menjawab, Iman adalah hendaklah kau beriman kepada Allah, beriman kepada Malaikat-Nya, beriman kepada kitab-Nya, beriman bahwa kamu akan bertemu dengan-Nya, dan kau beriman dengan adanya hari kebangkitan di akhirat. (Imam al Mundziri, 2003, hlm. 2)
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال جاء مشركو قريش يخاصمون رسول الله
صلى الله عليه وسلم في القدر فنزلت يوم يسحبون في النار على وجوههم
ذوقوا مس سقر انا كل شيء خلقاه بقدر. (القمر : 48-49)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Orang-orang musyrik Quraisy pernah datang kepada Rasulullah Saw. untuk memperdebatkan masalah qadar, lalu turunlah ayat (yang artinya, Ingatlah pada hari mereka diseret ke neraka atas muka
7
mereka. Dikatakan kepada mereka, Rasakanlah sentuhan api neraka. Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar. (Imam al Mundziri, 2003, hlm. 1077)
عن عبد الله عمروبن العاص رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول كتب الله مقادير الخلائق قبل ام يخلق السموات والارض
بخمسين الف سنة قال وعرشه على الماء.
Diriwayatkan dari Abdullah bon Amu bin al Ash r.a. dia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Kata Rasulullah Saw.. Sedangkan arsy Allah ketika itu di atas benda cair. (Imam al Mundziri, 2003, hlm. 1078)
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم
وهو الصادق المصدوق ان احدكم يجمع خلقه في بطن امه اربعين يوما ثم يكون
في ذالك علقة مثل ذالك ثم يكون في ذالك مضغة مثل ذالك ثم يرسل الله عز وجل
الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربع كلمات بكتب رزقه واجله وعمله وشقي او سعيد
فوالذي لااله غيره ان احدكم ليعمل بعمل اهل الجنة حتى مايكون بينه وبينها الا
ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل اهل النار فيدخلها. وان احدكم ليعمل بعمل
اهل النار حتى مايكون بينه وبينها الا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل
اهل الجنة فيدخلها. (اخرجه البخاري)


8
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata : Kami pernah diberitahu oleh Rasulullah Saw. orang yang benar dan diakui kebenarannya, “Sesungguhnya seorang manusia mulai diciptakan didalam perut ibunya setelah proses selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah setelah 40 hari berikutnya, lalu menjadi segumpal daging setelah 40 hari berikutnya, setelah itu Allah azza wajalla mengutus Malaikat untuk menghembuskan ruh ke dalam dirinya dan diperintah dengan empat ketentuan : Rezkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya”.
Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada orang yang mengerjakan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dia dan surga hanya satu hasta, tapi suratan takdir telah ditentukan, sehingga dia kemudian mengerjakan amalan ahli neraka, lalu dia masuk neraka.
Ada pula orang yang mengerjakan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dia dan neraka hanya satu hasta, tetapi takdir telah ditentukan, sehingga dia mengerjakan amalan ahli surga, lalu akhirnya dia masuk surga. HR Bukhory. (Imam al Mundziri, 2003 : 56-57)
C. Tujuan Akidah Islam
1. Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan yang ada sejak lahir
Allah berfirman :



Artinya : dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu “. (Q.S. Al-A’raf (7) : 172-173)

9

Maksudnya: agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukan Tuhan itu. karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.
2. Menjaga manusia dari kemusyrikan
Kemungkinan manusia untuk terperosok ke dalam kemusyrikan terbuka lebar, baik secara terang-terangan (syirik jaly), yakni berupa perbuatan ataupun ucapan walaupun kemusyrikan yang bersifat sembunyi-sembunyi (syirik khafy) yang berada di dalam hati. Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan tersebut, diperlukan tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Menghindari dari pengaruh akal yang menyesatkan.
Walaupun manusia diberi oleh Allah kelebihan berupa akal pikiran, manusia sering tersesat oleh akal pikirannya, sehingga akal pikiran manusia perlu dibimbing oleh akidah Islam. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 15-16)
D. Keistimewaan Akidah Islamiyah
1. Sumber pengambilan adalah murni
2. Berdiri diatas fondasi penyerahan diri kepada Allah dan Rasul-Nya
3. Sesuai dengan fitrah yang lurus dan akal yang sehat
4. Jelas, mudah dan terang
5. Bebas dari kerancuan, paradoks, dan keburukan
6. Umum, universal dan berlaku untuk segala zaman, tempat, umat dan keadaan
7. Kokoh, stabil dan kekal
8. Mengangkat derajat para pengikutnya
9. Menjadi penyebab hadirnya pertolongan, kemenangan dan kemapanan
10. Selamat dan sentosa
11. Akidah Islam adalah akidah persaudaraan dan persatuan
12. Istimewa

10
13. Melindungi para pemeluknya dari tindakan serampangan, kekacauan dan
kehancuran
14. Memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada para pemeluknya
15. Berpengaruh terhadap perilaku, Akhlak (Moralitas), dan Mu’amalah (Interaksi Sosial)
16. Mendorong para pemeluknya untuk bersikap tegas dan serius dalam segala hal
17. Mengantarkan kepada pembentukan umat yang kuat
18. Membangkitkan rasa hormat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam jiwa orang mukmin
19. Menjamin kehidupan yang mulia bagi para pemeluknya
20. Membuat hati penuh dengan tawakal kepada Allah. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 17-29)
E. Pengertian Ilmu Akhlak
Dari sudut bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa (اخلق), yukhliqu (يخلق ), ikhlaqan (اخلقا) yang berarti al sajiyah (السجية) yang berarti perangai, الطبعة (kelakuan, tabiat, watak dasar), العدات (kebiasaan, kelaziman), المرعة (peradaban yang baik), dan الدين (agama). (Abuddin Nata, 2009, hlm, 1)
Kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab ‘khuluq’, jamaknya ‘khuluqun’, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata ‘akhlak’ ini lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab ‘akhlak’ meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahirian dan batiniah seseorang. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 205)
Akhlak menurut ulama adalah :
1. Ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
2. Ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. (Rosihon Anwar, 2008, hlm. 206)
11

Menurut Ibn Miskawaih akhlak adalah :
الاخلاق : حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر ولا روية
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 3 dalam kitab Tahzib al Akhlaq wa Tathhir al A’raq, karangan Ibnu Miskawaih, (Mesir : al Mathba’ah al Mishriyah, 1934) cet. I hlm. 40
Menurut al Ghazali akhlak adalah :
عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير
حاجة الى فكر ورؤية
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 3 dalam kitab Ihya ‘Ulum al Din Jilid III karangan Imam al Ghazali, (Beirut : Dar al Fikr, tt) hlm. 56
Menurut Abuddin Nata ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika si A seorang dermawan, maka dengan siapa saja ia menjadi dermawan. Namun bila ternyata kadang dermawan kadang bakhil, maka si A belum disebut dermawan.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Seperti melakukan kewajiban shalat lima waktu.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

12
5. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. (Abuddin Nata, 2009, hlm. 4-6)
F. Dasar Hukum Akhlak


Artinya : “ dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung “. (Q.S. al Qalam (68) : 4)

روى ابن ابي طلحة عن ابن عباس قال : على دين . قال ابو جعفر :
فيكون دذا مثل قوله صلى الله عليه وسلم : (اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم
خلقا) اي احسنهم دينا وطريقة ومذهبا وطاعة. وسئلت عائشة رضي الله
عنها ما الخلق العظيم الذي كان عليه ؟ قالت : القران, وقيل : هو ماكان
فيه من البشاشة والسعي في قضاء حاجات الناس واكرامهم وارفق بهم.
(الامام العلامة ابي جعفر احمد بن محمد اسماعيل, اعراب القران, 338ه
,صحفة 5)
Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah “. (Q.S. al Ahzab (33) : 21)


Artinya : “ (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu “. (Q.S. al Syu’ara (26) : 137)
13

Rasulullah Saw. bersabda :
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق. (رواه مالك)
Artinya : “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “. (H.R. Malik)
G. Sasaran Akhlak
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya berkaitan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). (M. Quraish Shihab, 1996, hlm. 261)
1. Akhlak terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji ; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
سبحانك ربنا لا نحصى ثناء عليك انت كما اثنيت على نفسك
Maha suci Engkau – Wahai Allah- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu.
Allah berfirman :



Artinya : “ dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan". (Q.S. An-Naml (27) : 93)

14
Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, . kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari (dosa). (Q.S. As-Shoffat (37) : 159-160)
Yang dimaksud hamba Allah di sini ialah golongan jin yang beriman.


Artinya : hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (Q.S. Asy-Syuro (42) : 5)



Artinya : “ dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) Para Malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan yang Maha keras siksa-Nya”. (Q.S. Ar-Ra’d (13) : 13)


Artinya : “ langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,


15

tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.(Q.S. Al-Isra’ (17) : 44)
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan al Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Sebagaimana Allah berfirman sebagai berikut :


Artinya : “ Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Q.S. al Baqarah (2) : 263)
Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.
Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad Saw. dinyatakan sebagaimana manusia biasa seperti manusia lainnya, namun beliau adalah seorang Rasul yang memperoleh wahyu dari Allah. Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Q.S. al Hujurat (49) : 2)
Meninggikan suara lebih dari suara Nabi atau bicara keras terhadap Nabi adalah suatu perbuatan yang menyakiti Nabi. karena itu terlarang melakukannya dan menyebabkan hapusnya amal perbuatan.


16

Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. an Nur (24) : 63)
Al-Qur’an juga menekankan perlunya kekuasaan atau kebebasan pribadi. Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat “. (Q.S. An-Nur (24) : 27)



Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) (1) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
17

pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu tidak ada dosa atasmu (2) dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu (1). mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain) . Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S. an Nur (24) : 58)
(1) Maksudnya: tiga macam waktu yang biasanya di waktu-waktu itu badan banyak terbuka. oleh sebab itu Allah melarang budak-budak dan anak-anak dibawah umur untuk masuk ke kamar tidur orang dewasa tanpa idzin pada waktu-waktu tersebut.
(2) Maksudnya: tidak berdosa kalau mereka tidak dicegah masuk tanpa izin, dan tidak pula mereka berdosa kalau masuk tanpa meminta izin.
Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang serupa, bahkan juga dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik lagi. Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (Q.S. an Nisa (4) : 86)
Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.
Setiap ucapan haruslah ucapan yang baik. Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
18

yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. al Baqarah (2) : 83)


Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar “, (Q.S. al Ahzab (33) : 70)
H. Akhlak dalam Al-Qur’an
Disamping al Qur’an meliputi aqidah dan syari’at, ia juga meliputi akhlak. Akhlak ini bisa berupa akhlak Rabbani, yaitu penyatuan hubungan dengan Allah dan kedalaman takwa kepada-Nya, seperti ikhlas bagi-Nya, bersandar dan bertawakal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut adzab-Nya, malu kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, sabar dalam menerima cobaan-Nya, ridha terhadap qadha’-Nya, mencintai-Nya, sabar dalam menerima cobaan-Nya, mementingkan kehidupan akhirat daripada dunia (zuhud). (Yusuf Qardhawi, 2008, hlm. 50)
Yang berikutnya adalah akhlak Insaniyah. Interaksi sosial diantara manusia tidak akan sempurna jika tidak ada akhklak-akhlak ini, seperti : kejujuran, amanah, kemurahan hati, kedermawanan, keberanian, tawadhu’, memenuhi hak, malu, menahan diri, lemah lembut, sabar, adil, kebajikan, rahmat, cemburu terhadap hal-hal yang disucikan, berbakti kepada ibu bapak, silaturrahim, memuliakan tamu, tetangga dan kerabat, tenggang rasa terhadap saingan, mendahulukan kepentingan orang lain, tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa, menghormati orang yang lebih tua, mengasihi orang yang lebih muda, mengasihi anak yatim, memberi makan orang miskin, dan memberikan hak kepada siapapun yang berhak menerimanya. (Yusuf Qardhawi, 2008, hlm. 50)
Al-Qur’an menganggap dua macam tersebut, Rabbani dan Insani termasuk kesempurnaan iman dan takwa. Karena itu kita melihat al Qur’an menyatukan iman dalam akhlak dan perilaku yang luhur, baik dengan Allah atau dengan manusia.


19
Allah Swt. berfirman :



Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman[ 1) ialah mereka yang bila disebut nama Allah [2] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (Q.S. al Anfal (8) : 2-4)
(1) Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
(2) Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.



Artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[ 1]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu

20

[ 2] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Q.S. al Mukminun (23) : 1-8)
[1] Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya.
[2] Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.
Allah berfirman ketika menjelaskan hakikat kebajikan, setelah menyebutkan kebaikan aqidah, kebaikan ibadah, kebaikan amal, lalu kebaikan akhlak.



Artinya : “ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. al Baqarah (2) : 177)

21

Allah mensifati oyang yang kehilangan iman sebagaimana firman-Nya :



Artinya : “ Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta”. (Q.S. an Nahl (16) : 105)
Allah mensifati hamba-hamba yang dicintai-Nya, yang dikuatkan dengan pertolongan-Nya, yaitu berupa akhlak yang mulia. Firman Allah Swt. :


Artinya : “ karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia [1] dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S. Ali Imran (3) : 148)
[1] Pahala dunia dapat berupa kemenangan-kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.



Artinya : “ dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar “. (Q.S. Ali Imran (3) : 146)




22
Allah Swt. berfirman :



Artinya : “ mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri [1] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci [2]. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (Q.S. al Baqarah (2) : 222)
[1] Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[2] Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
Sedangkan orang-orang yang sifat-sifatnya kebalikan dari apa yang disebutkan ini, maka dia tidak akan mendapatkan kecintaan Allah. Allah Swt. berfirman :


Artinya : “ dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”. (Q.S. al Anfal (8) : 58


Artinya : jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran)
23

itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'[1]. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,(Q.S. ali Imran (3) : 140)
[1] Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah. sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah.



Artinya : “ (Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar Dia (Al Aziz) mengetahui bahwa Sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat “. (Q.S. Yusuf (12) : 52)



Artinya : orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu"[1], sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu[2] dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (Q.S. al Maidah (5) : 64)




24

[1] Maksudnya ialah kikir.
[2] Kalimat-kalimat ini adalah kutukan dari Allah terhadap orang-orang Yahudi berarti bahwa mereka akan terbelenggu di bawah kekuasaan bangsa-bangsa lain selama di dunia dan akan disiksa dengan belenggu neraka di akhirat kelak.



Artinya : “ dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman (31) : 18)
Karena pentingnya akhlak dalam pandangan al Qur’an, maka kita menganganggap bahwa akhlak itu sebagai buah inti bagi ibadah-ibadah yang wajib, seperti mendirikan shalat, zakat, puasa. Firman Allah Swt,



Artinya : “ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al Ankabut (29) : 45)



Artinya : “ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [1] dan mensucikan [2] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Q.S. at Taubah (9) : 103)
25

[1] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
[2] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.



Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa “, (Q.S. al Baqarah (2) : 183)
Dalam kisah-kisah al Qur’an kita mendapatkan perhatian semua rasul untuk menanamkan keutamaan dan memerangi kehinaan dalam masyarakat mereka, disamping berdakwah kepada meng-Esakan Allah. (Yusuf Qardhawi, 2008, hlm. 52)
Allah Swt. berfirman tentang Nabi Nuh a.s. :


Artinya : “ (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(Q.S. Al Isra’ (17) : 3)
Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim a.s. :


Artinya : “ dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?(Q.S. an Najm (53) : 37)



26

Allah berfirman tentang Nabi Isma’il a.s. :


Artinya : dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi. (Q.S. Maryam (19) : 54)
Allah berfirman tentang Nabi Yusuf a.s. :


Artinya : mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"(Q.S. Yusuf (12) : 90)
Allah berfirman tentang Nabi Musa a.s. :

Artinya : salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".(Q.S. al Qashash (28) : 26)
Allah berfirman tentang Nabi Daud a.s. :


27
Artinya : “ bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan)”. (Q.S. Shad (38) : 17)
Allah berfirman tentang Nabi Sulaiman a.s. :

Artinya : “ dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, Dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhannya), (Q.S. Shad (38) : 30)
Allah berfirman tentang Nabi Yahya a.s. :

Artinya : “ dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.(Q.S. Maryam (19) : 14)
Allah berfirman tentang Nabi Isa a.s. :

Artinya : “ dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Q.S. Maryam (19) : 32)
Allah berfirman tentang Nabi Isma’il, Idris dan Dzul-Kifli a.s. :

Artinya : “ dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka Termasuk orang-orang yang sabar “. (Q.S al Anbiya (21) : 85)
Allah berfirman tentang Nabi Ayyub a.s. :


28
Artinya : “ dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya)[1]”.(Q.S. Shad (38) : 44)
[1] Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya dan Dia memohon pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah kemudian memperkenankan doanya dan memerintahkan agar Dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati perintah itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah Dia dari penyakitnya dan Dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa Dia akan memukul isterinya bilamana sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu Dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada isterinya sehingga Dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar Dia dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya Yaitu memukulnya dengan dengan seikat rumput.
Kemudian Allah Swt. berfirman tentang penutup para Rasul, Nabi Muhammad Saw. :

Artinya : “ dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. al Qalam (68) : 4)
Setelah menyebutkan para nabi tersebut, Allah berfirman :

Artinya : “ mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (Q.S. al An-‘am (6) : 90)


BAB III
KESIMPULAN
Ilmu ‘Aqa’id adalah ilmu yang berkaitan dengan keyakinan yaitu yang membicarakan rukun iman. Yakni iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab yang diturunkan Allah, rasul-rasul-Nya, hari akhir, qadha dan qadar yang baik atau yang buruk.
Disebut juga ilmu Tauhid yang membicarakan ke-Esaan Allah. Terdiri dari tauhid rububiyah, tauhid asma’ dan sifat dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah menjelaskan bahwa hanya Allah Swt. saja yang menciptakan alam semesta : Q.S. Yunus : 131, Q.S. az-Zukhruf ayat 87, Q.S. al Ankabut ayat 63.
Tauhid Asma’ dan sifat yang membicarakan nama-nama Allah yang baik dan mempunyai kesempurnaan. Q.S. al A’raf (7) : 180, Q.S.ar Ra’d (13) : 30. Sifat wajib, mustakhil, dan jaiz bagi Allah.
Tauhid uluhiyah yaitu hanya Allah yang disembah dengan penuh keikhlasan.Q.S al Fatihah :5,Q.S Hud: 123, Q.S. at Taubah : 129, Q.S. Maryam : 65, Q.S Hud : 88, Q.S. al Furqan : 58, Q.S al Hijr : 99, Q.S al Baqarah : 21, Q.S al Mu’minun : 23, Q.S az-Zukhruf : 45, Q.S Adz-Dzariyat : 56.
Kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab ‘khuluq’, jamaknya ‘khuluqun’, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata ‘akhlak’ ini lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab ‘akhlak’ meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahirian dan batiniah seseorang.
Menurut Ibn Miskawaih akhlak adalah :
الاخلاق : حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر ولا روية
Artinya : “ Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Siti ‘Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw. ia menjawab ‘Al-Qur’an’.

29
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata
2009 Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
Abdussalam Muqbil Al-Majidi
2008 Bagaimana Rasulullah Mengajarkan Al-Qur’an,(Jakarta: Darul Falah)
Ahmad Tafsir
2010 Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya)
Amir Syarifuddin
1997 Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu)
Al Imam al ‘Allamah Abi Ja’far bin Muhammad bin Isma’il
338 H I’rab al Qur’an Jilid 5, (Beirut : Darul Kutubil ‘Alamiyah)
Departemen Agama RI
1415 H Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: Yayasan Penerjemah Al-Qur’an)
Imam al Ghazali
TT Ihya ‘Ulumuddin, (Indonesia : Daar Ihya al Kutub al ‘Arabiyah)
Imam al Mundziri
2003 Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta : Penerbit Pustaka Amani)
Muhammad bin A.W. al-‘Aql
2006 Manhaj ‘Aqidah Imam Asy-Syafe’i,(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafe’i)
M. Quraish Shihab
1996 Wawasan Al Qur’an, (Bandung : Penerbit Mizan)
-------------------------
1998 Menyingkap Tabir Ilahi Asmaa al Husnaa dalam Perspektif Al-Qur’an,
(Jakarta : Lentera Hati)

Mishbah bin Zainul Mushthafa
TT Irsyadul ‘Ibad Ila Sabili ar Rosyad, (Pekalongan : Raja Murah)
Rosihon Anwar
2008 Akidah Akhlak, (Bandung : CV Pustaka Setia), cet. 1
Sayid Sabiq
1999 Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, (Bandung : CV
Diponegoro), cet XI
Yusuf Al-Qaradhawi
2008 Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka
al Kautsar), cet. ke 5

www.agussubandicom@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar